Satelit Telkom-1, Kau Pergi Tanpa Pesan
Kamis, 31 Agustus 2017 -
TERNYATA bukan cuma kucing rumah saja yang suka kabur. Satelit pun kalau gak di-maintain dengan baik, sinyalnya bisa minggat juga. Bedanya, kalau si kucing sembunyi dengan menggigit sepotong ikan pindang dari dapur, sementara Satelit Telkom-1 saat ngambek kemarin, dia membopong 24 transponder C-Band. Begitu anomalinya berubah menjadi gangguan permanen.
Memelihara satelit yang beroperasi di ruang angkasa, SOP-nya memang harus eksak dan telaten. Kita harus selalu catat berapa usia pastinya, memonitor terus lintasan orbitnya, dan setiap saat mengecek aki dan bahan bakarnya. Semua itu dilakukan 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu di Stasiun Pengendali secara remote and computerized.
Tragedi raibnya sinyal satelit T-1, barangkali adalah contoh betapa kelewat percayanya kita pada konsultan bule yang merekomendasikan bahwa T-1 masih steady sampai beberapa tahun lagi. Maka, ketika bahan bakar kriogenik-nya tekor, kita langsung terhenyak.
Dampaknya satelit T-1 limbung seperti Mc Gregor dihujani bogem oleh Maywheater Jr, sehingga TKO di orbitnya. Rasanya kejadian ini unbelievable, mengingat bahwa Telkom sebenarnya adalah pionir SKSD (Palapa) yang memiliki jam terbang yang teruji dan tak terkalahkan selama lebih dari 40 tahun di bidang telekomunikasi persatelitan.
Satelit T-1 diluncurkan pada tanggal 4 Agustus 1999 dari Kourou, Guyana Perancis. Kala itu CEO Telkom adalah Mayjen A.A. Nasution.
Life time satelit dirancang mampu beroperasi selama 15 tahun. Pada saat satelit T-1 kedapatan mejen, dia berusia persis 18 tahun plus tiga minggu.
Ibarat obat, meskipun masih mujarab nyatanya dia sudah expired. Atau seumpama sirup, walaupun masih manis, oleh Badan POM tetap disebut kedaluwarsa.
Bagi operator profesional yang menjamin keandalan sistem 99,99 persen, signal loss ini benar-benar musibah dan mengusik profesi serta gengsi keinsinyuran.
Ketika sinyal satelit T-1 nge-blank, kita tahu banyak mesin ATM ikut terganggu. Akibatnya, jargon layanan reliability, availability dan serviceability luput terpenuhi. Merana betul nasib si satelit itu.
Merujuk usianya, satelit T-1 sejatinya sudah dalam masa persiapan pensiun, tapi karena terus digeber narik dan "nguber setoran", akhirnya dia mati di tengah jalan dan tak mungkin hidup kembali. Duh, kasihan kau, Sat.
Sebagai nasabah bank, seperti juga Anda, saya tentu prihatin dengan tidak berfungsinya box ATM di mana-mana. Tetapi lebih dari itu, sebagai mantan karyawan Telkom saya sedih dan tidak percaya mengapa pil pahit ini harus terjadi.
Kala saya muda, kejadian perpu (perhubungan putus) walau sejenak adalah aib bagi seorang teknisi, apalagi insinyur. Bila itu force major, masyarakat masih bisa memaklumi. Namun bila fault major, amit-amit deh, jangan sampai terjadi.
But, the show must go on. Sad story was happening, tinggal bagaimana mengemasnya dengan success story, yaitu pemulihan secepatnya segala masalah dan dampak yang ditimbulkannya. Hanya saja evaluasi menyeluruh tetap harus dilakukan. Bangsa kesatria adalah bangsa yang mengakui kesalahan, semoga tidak terjadi lagi di masa depan. Aamiin.
Di hari baik di bulan baik, menjelang Idul Adha besok hari, mari kita doakan agar Telkom dapat segera me-recovery kondisi akibat pupusnya satelit Telkom-1.
Kepada skuad elite satelit PT Telkom yang tengah berjibaku melaksanakan pengalihan trafik dan pointing terhadap ribuan VSAT serta stasiun bumi-nya di seluruh Indonesia, kita wajib memberikan apresiasi dan support moril agar mereka tetap semangat dan sukses.
Hai patriot satelit; demi nama baik dan reputasi Telkom, kehormatan tertinggi bagimu adalah menjaga Telkom tetap juara. Kalian lebih baik pulang nama daripada gagal dalam tugas!
Jayalah selalu Telkom!
Salam Indonesia.
Oleh: Garuda Sugardo
(BOD Telkom periode 2002-2007)