Rendahnya Kelahiran Picu Sekolah di Jepang Tutup

Rabu, 05 April 2023 - Hendaru Tri Hanggoro

BEBERAPA waktu terakhir, Pemerintah Jepang mengalami masalah di dalam negerinya sendiri yang mempengaruhi aspek pendidikan hingga roda ekonomi ke depannya. Namun, ini bukan masalah ekonomi atau politik.

Masalah termaksud adalah tingkat kelahiran di Negeri Sakura. Jepang mencatat penurunan tingkat kelahiran dari tahun ke tahun. Tahun 2022 menjadi yang terendah sejak 1899. Hanya ada 799.728 kelahiran dalam satu tahun.

Ini dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sebab, semakin sedikit kelahiran, semakin semakin kecil tenaga kerja hingga jumlah pembayar pajak ke depannya. Bahkan institusi pendidikan juga turut merasakan dampaknya.

Kamu mungkin bertanya-tanya, mengapa aspek ini berpengaruh terhadap institusi pendidikan? Jawabannya sederhana. Rendahnya angka kelahiran berkorelasi dengan semakin sedikitnya anak-anak yang mengenyam bangku pendidikan di sekolah.

Baca juga:

Peneliti Sukses Dokumentasikan Ikan di Perairan Terdalam Jepang

sekolah di jepang
Penutupan SMP Yumoto disebabkan dengan semakin menurunnya angka kelahiran di Jepang. (Foto: YouTube/SCMP)

Ini terbukti dari kondisi yang baru-baru ini terjadi di SMP di area Desa Tan-ei, Prefektur Fukushima. Bayangkan saja, peserta didik di SMP Yumoto ini hanya bersisa dua siswa saja hingga Maret 2023.

Alhasil, SMP yang sudah berdiri sejak 76 tahun itu pun secara resmi tutup pada 31 Maret 2023 sehabis kedua siswa itu lulus.

Salah satu siswa yang menjadi lulusan terakhir SMP Yumoto mengungkapkan, dirinya tak menyangka sekolah yang menjadi tempatnya mengenyam pendidikan selama ini harus ditutup.

“Kami mendengar desas-desus tentang penutupan sekolah di tahun kedua kami, tetapi saya tidak membayangkan ini akan benar-benar terjadi. Saya terkejut,” ucap Eita Sato, sebagaimana dikutip dari Al-Jazeera (2/4).

Baca juga:

Memelihara Kecoak Bisa Jadi Mata Pencaharian di Jepang

sekolah di jepang
Penutupan SMP Yumoto menambah daftar panjang sekolah yang ditutup di Jepang sejak tahun 2002. (Foto: YouTube/SCMP)

Depopulasi sangat terasa di wilayah perdesaan Negeri Sakura. Selain semakin menurunnya angka kelahiran, kondisi ini juga dipengaruhi banyaknya generasi muda yang memilih pindah ke kota besar alih-alih bekerja atau membangun keluarga di tempat kelahirannya.

Selain itu, faktor tragedi bocornya nuklir Fukushima Dai-ichi turut mempengaruhi semakin banyak warga yang meninggalkan desa itu. Ten-ei hanya berjarak kurang dari 100 meter dengan lokasi kejadian.

Saat ini, jumlah warga desa Ten-ei terhitung kurang dari 5.000 orang saja dan hanya 10 persen yang berusia di bawah 18 tahun.

Penutupan SMP Yumoto menambah daftar panjang institusi pendidikan di Jepang yang ditutup akibat rendahnya angka kelahiran.

Data dari Pemerintah Jepang menunjukkan bahwa sejak tahun 2002 hingga 2020, sudah ada hampir 9.000 sekolah yang ditutup. Sekira 450 sekolah diperkirakan ditutup setiap tahunnya.

Melihat kondisi ini, tak mengherankan bila Perdana Menteri Fumio Kishida menggaungkan kebijakan dalam rangka meningkatkan angka kelahiran di negaranya. (aru)

Baca juga:

Live-Action 'Ghost of Tsushima' akan Dibintangi Aktor-Aktor Jepang

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan