Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!

Rabu, 03 Desember 2025 - Soffi Amira

MerahPutih.com - Raphael Varane telah menghabiskan satu dekade di Real Madrid. Ia bergabung dari Lens saat masih berusia 18 tahun.

Lalu, ia bertahan di Madrid hingga pindah ke Manchester United. Kemudian, memutuskan pensiun musim lalu setelah sempat bermain untuk Como.

Baca juga:

AC Milan Dirumorkan Mau Gaet Vinicius Junior, Berani Bayar Berapa ke Real Madrid?

Raphael Varane Akui Kena Mental saat Main di Real Madrid

Raphael Varane kena mental saat masih membela Real Madrid
Raphael Varane kena mental saat masih membela Real Madrid. Foto: Dok. Real Madrid
>Saat menjalani wawancara dengan Le Monde, bek Prancis itu bercerita tentang perjuangan psikologis yang dihadapinya saat tiba di klub raksasa Spanyol tersebut.

“Setelah bergabung dengan Real Madrid, saya mengalami masalah pertama saya. Saya berusia 18 tahun dan belum menjalani masa remaja yang normal. Saya sendirian, terus berlatih, dan jarang bermain. Saya merasa impian saya sirna. Di lapangan, saya benar-benar fokus. Namun setelahnya, saya tidak ingin pulang. Itu depresi. Saya tidak lagi menikmati apa pun,” jelasnya.

Varane juga mengenang masa sulit lainnya. Setelah Piala Dunia 2018, ia mengaku menjalani hari-hari berat.

“Bulan-bulan setelah Piala Dunia 2018 sangat berat. Anda meraih impian, mencapai puncak sepak bola dunia, lalu keterpurukan datang. Saya ingat pandemi membantu saya keluar dari kondisi depresi itu. Saya mampu memproses semua emosi itu dan menyegarkan diri. Sungguh paradoks, karena periode itu sangat sulit bagi banyak orang dalam hal kesehatan mental," tambah Varane.

Baca juga:

Trauma usai Kalah dari Chelsea, Ronald Araujo Minta Izin ke Barcelona untuk Pulihkan Mental

Ia juga mengaitkan banyak masalahnya dengan jadwal pertandingan yang padat. Varane merasa dirinya seperti robot. Hal tersebut sangat memengaruhi kesehatan mental para pemain sepak bola.

“Ada lebih banyak cedera fisik dan, tentu saja, dampaknya pada kesehatan mental para pemain sangat signifikan. Itu salah satu alasan saya pensiun. Jadwal pertandingannya sangat padat. Saya tidak punya waktu istirahat yang memungkinkan saya pulih secara fisik maupun psikologis," katanya. (sof)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan