Potensi Dampak Negatif Membawa Anjing Jalan-Jalan dengan Tali

Kamis, 04 Mei 2023 - Ananda Dimas Prasetya

BAGI pemilik anabul khususnya anjing, membawa jalan-jalan hewan kesayangan mereka itu dipastikan sudah menjadi bagain dari jadwal kegiatan yang harus dilakukan secara rutin.

Terdapat berbagai manfaat dari kegiatan ini, baik bagi si pemilik serta anjingnya. Dari mulai membantu kamu berolahraga sekaligus mendekatkan diri dengan anabul serta membantu anjing peliharaanmu lebih sehat dari sisi fisik serta perilaku sosialnya.

Namun, penelitian yang belum lama diungkap Universitas John Hopkins membawa jalan anjing dengan menggunakan tali ternyata memiliki potensi dampak negatif.

Pada saat membawa jalan-jalan anjing, mayoritas pemilik anabul pasti menggunakan tali agar bisa lebih mudah mengontrol arah pergerakan hewan peliharaanya itu sekaligus mencegah terjadinya hal-hal yang tak diinginkan.

Pihak Universitas John Hopkins justru menunjukan bahwa kegiatan ini acap kali berujung terjadinya cedera bagi para pemilik anabul. Di mana cedera yang paling umum terjadi dalam penelitian panjang mereka adalah cedera otak traumatis atau yang dikenal dengan istilah Traumatic Brain Injuries (TBI) di dunia medis Barat.

Baca juga:

Anjing Bisa Menjadi Teman Terbaik Ketika Kamu Berduka

Selama 20 tahun dalam proses penelitian ini, ada ratusan ribu pasien yang dilarikan ke IGD akibat mengalami cedera saat membawa jalan-jalan anjing dengan tali. (Pexels/Jan Kroon)

Riset yang baru-baru ini dipublikasikan melalui jurnal Medicine & Science in Sports & Exercise memaparkan hasil penelitian selama 20 tahun yang dilakukan oleh para peneliti di John Hopkins School of Medicine dan John Hopkins Bloomberg School of Public Health.

Ternyata insiden yang melibatkan pemilik anjing yang membawa jalan-jalan peliharaannya dengan tali cukup banyak di Amerika Serikat (AS).

“Menurur survei kepemilikan hewan peliharaan nasional 2021-2022, hampir 53% rumah tangga di AS memiliki setidaknya satu ekor anjing. Kepemilikan anjing juga meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir selama pandemi COVID-19,” tulis penulis utama riset ini Ridge Maxson, sebagaimana dikutip dari laman John Hopkins University pada April 2023.

Ditambahkan kemudian, meskipun membawa jalan-jalan anjing merupakan aktivitas sehari-sehari yang umum dilakukan oleh orang dewasa, hanya sedikit riset yang mencirikan beban cederanya. Kami melihat perlunya informasi yang lebih komprehensif tentang insiden semacam itu.

Data utama yang dianalisa oleh tim peneliti Universitas John Hopkins itu berasal dari National Electronic Injury Surveillance System yang dioperasionalkan oleh Komisi Keamanan Produk Konsumen AS.

Baca juga:

COVID-19 Bisa Dideteksi lewat Penciuman Anjing

Potensi cedera parah lebih membayangi kelompok lansia. (Pexels/Darya Sannikov)

Diitemukan fakta bahwa dari 2001-2020 terdapat sekitar 422.659 pasien orang dewasa yang masuk ke ruang gawat darurat akibat cedera yang terjadi saat membawa jalan-jalan anjing dengan tali. Di mana cedera yang paling sering terjadi adalah patah jari, keseleo di bahu, serta patah pinggul, cedera otak traumatis.

Cedera otak traumatis yang tercatat dalam riset ini biasanya terdiri dari gegar otak dan cedera kepala internal seperti memar para jaringan otak, hematoma epidural, atau hematoma subdural. Untuk cedera ini serta patah pinggul disebut paling sering terjadi bagi pemilik anjing berusia 65 tahun ke atas.

Dengan paparan data lengkapnya adalah perempuan kemungkinan mengalami patah tulang 50 persen lebih tinggi dibandingkan pria. Sedangkan lansia yang membawa jalan-jalan anjing dengan tali kemungkinan tiga kali lipat berpotensi jatuh jika dibandingkan anak muda.

Kemudian, lansia juga berpotensi dua kali lipat mengalami patah serta 60 persen mengalami cedera otak traumatis saat terjatuh ketika membawa jalan-jalan anjing dengan tali jika dibandingkan mereka yang masih muda.

“Kami mendorong dokter untuk menyaring kepemilikan hewan peliharaan, menilai risiko patah tulang dan potensi jatuh, serta mendiskusikan praktik berjalan anjing yang aman pada kunjungan check up kesehatan rutin bagi mereka yang masuk kategori rentan,” tambah penulis senior di penelitian ini sekaligus Direktur Divisi Bedah Bahu dan Siku di John Hopkins Medicine Edward McFarland. (aru)

Baca juga:

Lima Kesalahan saat Memandikan Anjing Peliharaan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan