Pertemuan Bersejarah Kim Jong Un dan Moon Jae-in di Garis Demarkasi Militer: Saya Senang Bertemu Anda...

Jumat, 27 April 2018 - Eddy Flo

MerahPutih.Com - Kurun waktu 65 tahun bukan waktu yang singkat bagi dua Korea untuk menginisiasi pertemuan bersejarah. Hari ini Jumat (27/4) untuk pertama kalinya pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menjejaki kakinya di Garis Demarkasi Militer.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bertemu pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un.

Jabat tangan menjadi simbol dimulainya pertemuan bersejarah dua negara di Semenanjung Korea yang selama ini berkonflik. "Saya senang bertemu Anda," ujar Moon Jae-In kepada Kim, seperti dilansir dari AFP. Kim Jong Un menjadi pemimpin pertama Korea Utara yang melangkahkan kaki ke Korea Selatan sejak Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata pada 65 tahun lalu.

Pada permulaan, pengawal kehormatan Korea Selatan akan mengawal kedua pemimpin untuk mengikuti upacara penyambutan di sebuah alun-alun di Panmunjom, desa perbatasan tempat KTT akan diadakan, seperti yang disampaikan Kepala Staf Kepresidenan Korea Selatan, Im Jong-seok, saat memberikan pengarahan kepada media.

Kim Jong Un dan para pengawal
Anggota keamanan menemani sebuah kendaraan yang membawa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di konferensi tingkat tinggi inter-Korea di Korea Selatan, Jumat (27/4). (ANTARA FOTO/Host Broadcaster via REUTERS TV)

Dialog resmi antara Kim dan Moon akan dimulai pada pukul 10.30 waktu setempat (01.30 GMT) di "Peace House" Panmunjom, atau satu jam setelah Kim dijadwalkan menyeberangi perbatasan pada pukul 09.30 (00.30 GMT).

Setelah sesi pembicaraan pertama berakhir, Kim dan Moon akan makan siang secara terpisah sebelum mengadakan upacara penanaman pohon di sore hari.

Sebuah pohon pinus akan ditanam di garis demarkasi untuk melambangkan "perdamaian dan kemakmuran", dengan menggunakan tanah dari Gunung Paektu di Korea Utara dan Gunung Halla di Korea Selatan, tutur Im Jong-seok .

Kemudian, Kim dan Moon akan menyirami pohon dengan air yang dibawa dari Sungai Taedong di Utara dan Sungai Han di Selatan, katanya melanjutkan.

Mahasiswa dukung unifikasi Korea
Mahasiswa membawa spanduk dengan gambar Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dalam aksi pro-unifikasi (ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva)

Di akhir pembicaraan, Kim dan Moon akan menandatangani perjanjian dan membuat pengumuman, kata Im. Selanjutnya, mereka akan makan malam di sisi Selatan dan menonton klip video bertema "Spring of One" sebelum agenda itu ditutup, katanya.

Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea, Teguh Santosa menyatakan pertemuan dua pemimpin Korea tidak serta merta mewujudkan perdamaian antara kedua negara tersebut. Perdamaian di Semenanjung Korea sulit diwujudkan karena intervensi kekuatan asing yang ingin mempertahankan ketegangan dan memanfaatkan situasi konflik untuk kepentingan sempit mereka.

"Ketegangan di Semenanjung Korea adalah buah dari pertarungan kekuatan asing di kawasan itu sejak Perang Dunia Kedua usai," kata Teguh dalam keterangan pers yang di Jakarta.

Teguh -- yang mengaku pernah mendapatkan Bintang Kehormatan dari pemerintah Korea Utara -- tidak menjelaskan lebih jauh siapa saja kekuatan asing yang dia maksudkan, apa kepentingan mereka terhadap perpecahan dua Korea, dan bagaimana mereka menjelaskan misinya.

Kim Jong Un berpidato
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara di Rapat Paripurna ke-3 Komite Pusat ke-7 Partai Buruh Korea (WPK) dalam foto yang disiarkan KCNA di Pyongyang (ANTARA FOTO/KCNA/via Reuters)

Teguh Santosa sebagaimana dilansir Antara hanya menyebut Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam sebuah desakan untuk tidak mencampuri rencana pertemuan pemimpin kedua negara Korea yang akan digelar pada Jumat. Teguh, yang mengaku cukup lama memantau situasi Semenanjung Korea, sepertinya lupa bahwa Pyongyang pun melibatkan Washington dalam perkembangan terbaru -- sebagaimana terlihat dari rencana pertemuan antara Trump dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

"Pertemuan Kim Jong Un dan Moon Jaein diharapkan bisa memperbaiki status hubungan kedua negara. Bagaimanapun, kedua Korea pernah bersatu sebelum dicabik-cabik kolonial," ujar dosen Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta itu.

"Tahun 2000 dan 2007 pemimpin Korea Selatan, Kim Daejung dan Roh Moohyun, bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Il. Pembicaraan ke arah penyatuan kedua negara dalam bentuk konfederasi sudah dilakukan. Tapi kembali berantakan karena intervensi kekuatan asing," kata Teguh.

Teguh Santosa berharap dalam pertemuan nanti Kim dan Moon bersedia mengakhiri perjanjian gencatan senjata dan menandatangi perjanjian damai.(*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan