Pertamina Bakal Kembangkan Bioetanol Dari Tiga Bahan Baku Lokal Indonesia

Selasa, 10 September 2024 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - PT Pertamina (Persero) mengembangkan tiga bahan baku, yang berasal dari sorgum, nipah, serta tandan buah kosong kelapa sawit (palm oil empty fruit bunch) untuk dikembangkan menjadi bioetanol, sehingga mengakselerasi terwujudnya transisi energi.

SVP of Technology Innovation PT Pertamina Oki Muraza mengatakan Sementara untuk pembuatan bioetanol menggunakan tandan buah kosong kelapa sawit, dilakukan melalui pengolahan biomassa dengan cara memisahkan lignin, yang kemudian menghidrolasi selulosa, dan masuk ke tahap fermentasi glukosa.

Lalu, pengembangan sorgum menjadi bahan baku bioetanol bisa dilakukan, mengingat tanaman tersebut cukup banyak di Indonesia.

"Batangnya itu kita peras, terus bisa dapat bioetanol, nanti daunnya bisa untuk pakan ternak, untuk program perbaikan gizi, dan seterusnya. Itu satu yang cukup menarik. Jadi, kami sedang mengembangkan bisnis modelnya nanti mau advokasi ke pemerintah," katanya.

Baca juga:

Elpiji 3 Kg Langka di Solo Raya, Pertamina Patra Niaga Tambah 300 Ribu Pasokan

Ia mengatakan, penggunaan bioetanol dari sorgum, turut bisa dijadikan sebagai program substitusi impor gandum yang rata-rata mencapai 9,6 juta per tahun, sekaligus mendorong peningkatan produksi, dan diversifikasi produk pangan tersebut.

Selanjutnya, untuk pengembangan bahan baku bioetanol menggunakan nipah, dilakukan dengan cara memanfaatkan getah pohon mangrove. Hal itu dilakukan karena Indonesia memiliki 48 jenis mangrove.

"Karena Indonesia garis pantainya nomor dua di dunia, ini menarik. Jadi, selain untuk menahan abrasi tanam juga mangrove yang nanti dilukai, getahnya itu juga sugar, jadi bisa juga untuk bahan bioetanol," katanya.

Ia menyampaikan, ketiga strategi pengembangan bahan baku bioetanol tersebut, merupakan upaya yang mencakup pengembangan jangka pendek, menengah, dan juga Panjang.

Baca juga:

Gas Elpiji 3 kg Langka, Dirut Pertamina Lakukan Inspeksi di Toko Kelontong Solo

"Jadi kita punya yang short term, kemudian ada juga yang medium term, dan juga ada yang long term, tapi ya semuanya harus ekonomis," katanya.

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya untuk mewujudkan NZE yang tercantum dalam Perjanjian Paris melalui Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebanyak 912 juta ton pada 2030.

Forum ISF 2024 merupakan ajang resmi Pemerintah Indonesia bagi para pemimpin dunia dari berbagai sektor dan negara untuk dapat bertukar pikiran dan pengetahuan sekaligus memberikan solusi dan praktik terbaik menghadapi perubahan iklim. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan