Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung Katup

Minggu, 18 Februari 2024 - Ikhsan Aryo Digdo

MerahPutih.com - Penyakit jantung katup mengintai siapapun. Deteksi dini menjadi salah satu cara untuk mencegah dampak berkelanjutan penyakit tersebut.

Hal tersebut dipaparkan oleh Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Amiliana Mardiani Soesanto.

Baca Juga:

Buah Kawis, Berkhasiat Cegah Diabetes hingga Penyakit Jantung

Merujuk pada data yang telah dikumpulkan, Amiliana mengatakan penyebab 40 persen kasus jantung katup di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta, ialah penyakit Jantung Rematik (PJR). Ia juga menegaskan 30 persen penyakit tersebut merupakan efek dari proses degeneratif pada pasien lebih tua.

"Khusus untuk penanggulangan PJR, masyarakat dan komunitas kesehatan perlu melakukan tindakan promotif, preventif, edukasi, dan deteksi dini," kata Amiliana dalam keterangan tertulis di Jakarta, seperti dilansir Antara, Minggu (18/2).

PJR, sambung Amiliana, merupakan gejala sisa dari Demam Rematik Akut (DRA) pada masa kanak-kanak. Penyakit ini memberikan dampak di usia dewasa muda, khususnya pada perempuan.

Baca Juga:

Septic Shock, Silent Killer dalam Dunia Medis

Bahkan, Amiliana mengatakan bahwa kedua jenis penyakit jantung katup pada dua kelompok usia yang berbeda bisa menjadi beban ganda bagi masyarakat dan negara.

"Perbaikan atau penggantian katup secara intervensi bedah maupun non-bedah menyebabkan biaya yang ditanggung negara menjadi sangat tinggi. Pada pasien usia lanjut, risiko tindakan dan keuntungan klinis harus dipertimbangkan, mengingat tingginya risiko pembedahan," ujarnya.

Menurut Amiliana, PJR merupakan penyakit jantung katup yang mulanya disebabkan oleh infeksi tenggorok paparan kuman Streptococcus beta hemolyticus grup A yang memberikan reaksi inflamasi dan autoimun. Amiliana mengingatkan hanya sekitar 1-3 persen kasus PJR yang akan menjadi DRA.

"Pada akhirnya diperlukan suatu strategi yang melibatkan komponen masyarakat dan komunitas kesehatan, teknologi, dan ilmu kedokteran, serta pemerintah, untuk menjawab tantangan masalah penyakit (jantung) katup di Indonesia," tutupnya. (ikh)

Baca Juga:

IdsMED Gelar Edukasi Pentingnya Alat Kesehatan yang Legal

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan