Penggemar Harus Miliki Batasan

Selasa, 28 Februari 2023 - Andreas Pranatalta

MENJADI penggemar musisi, selebritas, atau aktor boleh-boleh saja asal jangan berlebihan. Harus tetap jadi diri sendiri dan memiliki batasan agar tidak menjadi fanatik.

Psikolog klinis dewasa yang tergabung dalam ikatan Psikolog Klinis Wilayah Banten Mega Tala Harimukthi, S.Psi, M.Psi, menyarankan para penggemar memiliki batasan sejauh mana menyukai idolanya itu.

Baca Juga:

Kedok Idola Kpop saat Berkencan

Penggemar Idola Harus Punya Batasan
Jangan samakan dengan gaya hidup idola. (Unsplash/Andre Sebastian)

Penggemar fanatik merujuk pada seseorang yang memiliki pemahaman berlebihan, kegemaran, dan kesukaan berlebihan terhadap sesuatu. Bukan hanya remaja, melainkan juga orang dewasa bisa menjadi penggemar fanatik dan pakar menilai fanatisme adalah berbahaya.

"Ketika memang dia menyukai sesuatu kemudian itu sangat terinternalisasi ke dalam dirinya. Jadi, enggak sekedar suka, tetapi, merasa bahwa idolanya perlu diikuti bahkan sadar tidak sadar dia meniru semua tentang idolanya," kata Mega, seperti dilansir ANTARA, Minggu (26/2).

Oleh karena itu, memiliki batasan menjadi penting karena dapat menjadi semacam tembok agar individu tetap melakukan aktivitas seperti seharusnya tanpa terganggu kegiatan yang berhubungan dengan idolanya itu.

"'Oh dia idola yang memang semua orang menggemarinya juga, aku suka filmnya, suka musiknya', sudah. Enggak perlu mengikuti semua gayanya. Kita seorang individu biasa yang juga punya aktivitas secara realita, mungkin sekolah, kuliah, bekerja atau bahkan menjadi seorang ibu. Jangan sampai lagi mengasuh anak kita enggak ngeliatin anak, sibuk kepoin idola kita lagi ngapain atau nonton terus. Itu kan enggak bagus," tegas Mega.

Baca Juga:

Penata Rias Ungkap Fakta Jadi Staf Agensi Kpop Idol

Penggemar Idola Harus Punya Batasan
Tetap menjadi diri sendiri tanpa harus mengikut orang lain. (Unsplash/Alfonso Scarpa)

Menurutnya, mengidolakan selebritas tertentu masih dikatakan wajar apabil masih bisa membedakan mana yang kenyataan dan sekadar kesenangan. Misalnya tahu lagu-lagu atau menonton film yang dibintangi sang idola, tanpa harus mengganggu aktivitas harian.

"Tetapi menjadi tidak wajar, kalau misal idolanya potong rambut, dia ikutan potong rambut. Idolanya beli barang tertentu dia ikutan beli. Jadi dia berusaha untuk menyamai si idolanya, itu sudah tidak wajar," terangnya.

Melakukan kegiatan yang produktif dan berolahraga dapat menjadi cara menghindarkan diri menjadi fanatik terhadap idola. Olahraga, lanjut Mega, bisa membantun mengeluarkan hormon bahagia sekaligus membuat pikiran menjadi lebih positif.

"Jadi, kita enggak melulu memikirkan idola kita. Kita jadi lebih tahu batasan realitas kapan, sih, waktunya kita menunjukkan ini batasan saya, bukan kehidupan dia," tutup Mega. (and)

Baca Juga:

Webtoon Gandeng Artis Kpop dan DC

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan