Pengelolaan Diri Sebagai Kunci bagi Kesehatan Mental

Kamis, 21 Oktober 2021 - P Suryo R

KUNCI penting bagi kesehatan mental adalah pengelolaan diri. Ini dapat mempengaruhi pola pikir, perasaan, dan tindakan yang diambil.

Sikap tersebut dapat mengatur kognisi, emosi, dan tingkah laku seseorang untuk beradaptasi sesuai tuntutan lingkungan yang selalu berganti.

Baca Juga:

Stigma Negatif dan Mitos Jadi Penghambat Penanganan Kesehatan Mental

kesehatan mental
Jaga keseimbangan perlu kontrol diri. (Foto: Pexels/Inzmam Khan)

Hal itu disampaikan Bagus Takwin, dosen dan Ketua Laboratorium Kognisi, Afek dan Well-being Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada webinar Hari Kesehatan Mental Dunia yang diadakan ITB dengan topik Mengelola Diri, Memelihara Kesehatan Mental yang Baik.

“Jaga keseimbangan perlu kontrol diri,” kata Bagus Takwin. Ringkasnya, dia menjelaskan, kesehatan mental adalah keadaan sementara pengelolaan diri adalah fungsi untuk menjalankan keadaan tersebut.

Di dalam pengelolaan diri ada pengaturan diri, yaitu pemahaman dan penanganan perkembangan individu yang merancang dan menjaga langkah-langkah untuk mencapai tujuan.

Berikutnya adalah pengendalian diri yakni kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengubah reaksi terhadap situasi yang dialami untuk menghindari perilaku kurang baik. Selanjutnya, pemantauan diri atas keadaan diri sendiri jika orang tersebut mengalami gejolak dalam kesehatan mental sekaligus menggerakan diri menuju keadaan yang lebih baik.

“Pengelolaan diri dapat dilakukan dengan aksi-aksi kecil, seperti merawat diri, menfokuskan perhatian kepada satu tugas, hingga berpikir sebelum berkata apa pun,” katanya.

Baca Juga:

Kenali Empat Cara Mudah Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi

kesehatan mental
Mencapai keseimbangan harmonis tergantung pada kemampuan individu. (Foto: Pexels/Khoa Vo)

Di samping itu, resiliensi dalam pengelolaan diri dapat dimulai dengan melihat tantangan sebagai proses belajar dan peluang untuk mengasah keterampilan. Lalu, proses belajar ini dikembangkan menuju perspektif hidup yang optimis, positif, dan realistis dengan kepribadian yang konstruktif, kuat dan sehat.

Bagus Takwin juga mengungkap bahwa menurut WHO, kesehatan mental dikaitkan dengan well-being, di mana pendefinisiannya fokus terhadap aspek positif berupa kesejahteraan dan kebahagiaan. Namun, istilah ini kurang tepat bagi mereka yang sedang mengalami pergumulan. Karena kebanyakan orang merasa emosi baik maupun buruk, pengartiannya diubah menjadi “keseimbangan internal yang dinamis”.

Keseimbangan ini mendorong orang-orang untuk keluar dari keterpurukan dan menggunakan kemampuan mereka selaras dengan nilai masyarakat.

Mencapai keseimbangan harmonis tergantung pada kemampuan individu, yaitu keterampilan kognitif dan sosial dasar untuk mengenali, mengekspresi, memodulasi, dan berempati dengan emosi diri sendiri maupun orang lain.

Selain itu, kapabilitas ini menambah resiliensi seseorang dalam mengatasi peristiwa-peristiwa hidup yang sulit. Nilai-nilai universal pun dapat diakui untuk saling peduli sesama, yang berupa menghormati and merawat diri sendiri, orang lain, makhluk hidup, dan lingkungan sekitar. (Imanha/Jawa Barat)

Baca Juga:

Pentingnya Bangun Pagi Untuk Kesehatan Mental

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan