Pengamat UI: Pengemis dan Penderma Saling Untung
Rabu, 17 Juni 2015 -
MerahPutih, Nasional-Awalnya aksi kakek Suaedi, 75, yang menghibur orang-orang dengan berpakaian badut Winnie the Pooh mengundang simpati Netizen. Namun, setelah aksi penipuannya terbongkar berbagai ungkapan simpati berubah menjadi caci maki.
Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati mengatakan pengemis merupakan penyakit sosial yang bisa ditemui di belahan negara manapun. Dipicu rasa malas dan tergiur mendapatkan uang banyak dengan cara cepat dan mudah lantas banyak orang yang mengikuti.
Antara pengemis dan penderma terjadi hubungan simbiosis mutualisme, di mana bagi si pengemis yang memiliki motif ekonomi, bisa memperoleh uang sementara itu di sisi yang lain, beramal menjadi cara untuk menunjukkan kebaikan seseorang. Di dalam budaya paternalistik seperti di Indonesia, pria ingin menunjukkan kepada teman wanitanya bahwa dirinya orang baik yang suka beramal.
"Cara pandang berderma dengan memberikan langsung ke pengemis harus diubah dengan menyerahkan donasi melalui yayasan," kata Devie saat dihubungi Rabu (17/6). Menurutnya, perlu teladan cara berderma dari tokoh masyarakat dan selebriti.
Seperti diketahui, tokoh masyarakat di daerah kerap membagi-bagikan sumbangan di rumahnya. Tak jarang jatuh korban di antara masyarakat yang mengantre sumbangan karena berdesak-desakan, kelelahan, atau kekurangan oksigen.
"Kebiasaan memberikan sumbangan harus diubah. Dari memberikan secara langsung diubah menyumbang melalui yayasan," ujarnya. Namun, cara ini menimbulkan persoalan lain yakni masalah kepercayaan masyarakat terhadap yayasan pengelola dana masyarakat. Di sinilah, Pemerintah dapat berperan membantu memberikan edukasi melalui iklan layanan masyarakat.
Baca Juga:
Sebelum Dicaci, Kakek Beristri Tujuh Ini Sempat Tuai Simpati
Terminal Masih Jadi Tempat Favorit Pengemis di Kramat Jati
Polsek Kramat Jati Intensifkan Patroli, Minimalkan Pengemis, Pengamen dan Kriminalitas