Penanganan Anak Tantrum Dibedakan Sesuai Usia, Simak 5 Tipsnya

Sabtu, 28 Desember 2024 - Ananda Dimas Prasetya

Merahputih.com - Situasi anak tantrum salah satu hal yang paling tidak mengenakkan dialami para orang tua. Masalahnya pemicu anak tantrum kerap tidak dapat dijelaskan, sehingga orang tua kerap bingung dengan yang terjadi. Lantas bagaimana baiknya menghadapi kondisi ini?

Tantrum menurut laman kidshealth merupakan amukan melibatkan ledakan amarah, frustrasi, dan perilaku tidak teratur yang dahsyat hingga anak 'kehilangan kendali'.

Anak sendiri punya ragam ekspresi menunjukan tantrumnya. Namun umumnya berteriak, menangis sambil menjerit, hingga hanya mematung sendiri.

Semua ekspresi itu merupakan bagian normal dari perkembangan anak, sebuah cara yang dipikir anak kecil efektif menunjukkan bahwa mereka kesal atau frustrasi.

Tantrum selalu terjadi pada anak-anak. Namun tantrum masuk pada bagian perkembangan itu ketika anak memasuki usia 1-3 tahun.

Ada beragam alasan anak menjadi tantrum, seperti ingin menjadi pusat perhatian. Ketika anak menyadari orang tuanya kurang memperhatikannya ia bakal menjadi tantrum.

Saat itulah emosi si Kecil akan meluap-luap. Ledakan emosi ini terjadi karena konflik batin yang anak rasakan. Ia merasa tidak dipedulikan, tapi belum bisa bicara lancar untuk menyampaikannya pada Ibu.

Baca juga:

Menghadapi Anak Tantrum, ini Hal yang Bisa Dilakukan Orang Tua

Lalu alasan anak menjadi tantrum karena tidak terpenuhi keinginannya. Anak mengeluarkan amukan sebagai ekspresi memproses rasa kecewa yang begitu hebat. Pengalaman mereka terbatas, sehingga perlu diarahkan ketika mengalami hal yang tidak mengenakan.

Sementara itu, anak menjadi tantrum juga karena terlalu banyak mengkonsumsi gula. Makanan kemasan seperti permen, jus, minuman kemasan, dan coklat batangan umumnya diproses dengan tambahan gula berlebih.

Asupan gula berlebih dapat meningkatkan kadar gula darah anak lalu turun dengan sangat cepat. Kadar insulin dalam darah yang tidak stabil dapat memicu anak tantrum.

Kandungan gula sumber karbohidrat, dan sebagian besar makanan yang mengandung karbohidrat dapat menyebabkan kembung karena gas yang membuat perut si Kecil jadi tidak nyaman.

Kemudian anak tantrum karena terbatasnya kemampuan komunikasi. Kemampuan berbahasa anak usia 1-3 tahun baru mencapai 75 persen, sehingga sangat wajar jika ia belum mampu berkomunikasi dengan efektif untuk menyampaikan apa yang ia rasakan.

Jika sudah merasa frustasi, tidak heran jika ia mengekspresikan apa yang dirasakan dengan tangisan histeris.

Lantas apapun alasan di balik ke-tahtruman anak, kondisi anak tantrum sulit bisa ditangani. Selain membuat orang tua panik, tak terelakan ada perasaan malu sebab membuat situasi tidak nyaman.

Laman raisingchildren menyebutkan, orang tua yang menghadapi anak tantrum memberikan treatment penanganan yang berbeda, tergantung pada usia anak.

Saat anak yang tantrum adalah balita, berikan waktu bersama sangat berguna dengan tetaplah dekat, tawarkan kenyamanan, dan yakinkan anak-anak bahwa kamu memahami perasaan mereka.

Baca juga:

Tenang Bunda, ini Teknik Hadapi Anak Mudah Tantrum di Tempat Umum

Sementara jika anak tantrum di usia sudah yang lebih besar, kamu dapat menggunakan lima langkah untuk menenangkan dirinya:

1. Perhatikan dan kenali emosinya.

2. Sebutkan dan hubungkan emosi dengan peristiwa tersebut.

3. Berhenti sejenak dan jangan berkata apa pun.

4. Dukung anak saat mereka tenang.

5. Tangani masalahnya.

Sedangakan mengahdapi anak dengan amukan tak terkendalinya. Orang tua harus tetap memberikan pengawasan penuh, jangan membiarkan anak memberikan hal tidak nyaman pada orang lain.

1. Pastikan anakmu dan orang lain di sekitar kamu aman. Ini berarti kamu harus membawa anakmu ke tempat lain jika perlu.

2. Setelah anakmu berada di tempat yang aman, akui emosi yang mereka ekspresikan dengan tenang – bicaralah perlahan dan dengan suara rendah.

3. Tetaplah tenang bersama anak kamu hingga mereka tenang. Sentuh atau peluk mereka jika mereka menginginkannya, atau beri mereka lebih banyak ruang fisik jika mereka membutuhkannya. Jangan mencoba untuk berdebat dengan anakmu.

3. Bersikaplah konsisten untuk tidak menuruti tuntutan. Ini akan membantu anak belajar bahwa mengamuk tidak akan membantunya mendapatkan apa yang diinginkannya.

4. Cobalah 'instruksi paradoks'. Ini berarti memberi anak izin untuk berteriak dan menjerit hingga mereka siap untuk berhenti. Misalnya, 'Kamu boleh berteriak lebih keras jika kamu mau. Ini taman yang besar dan kita tidak mengganggu siapa pun'.

5. Tenangkan anakmu saat mereka sudah tenang. Amukan memang membuat semua orang tertekan. (Tka)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan