Pemerintah Diminta Cerdas Dalam Sikapi Tensi Tinggi Perang Dagang Amerika Serikat dan China
Kamis, 17 April 2025 -
MerahPutih.com - Kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dipastikan berdampak ke Indonesia.
Anggota Komisi XI DPR RI Bertu Merlas menilai, tambahan bea impor dari AS tidak memberikan dampak signifikan bagi pangsa pasar ekspor Indonesia.
"Tapi yang kita kuatirkan sebenarnya adalah efek domino dari kebijakan tersebut atau sentimen negatifnya ke negara-negara lain,” ujar Bertu kepada wartawan di Jakarta, Kamis (17/4).
Ia menjelaskan, perang tarif Trump membuat negara-negara lain melakukan langkah proteksi yang mengurangi pangsa pasar barang dunia.
Baca juga:
Perang Dagang Terus Berlanjut, AS Bakal Blokir DeepSeek
Situasi ini akan membuat pelambatan ekonomi dunia. Termasuk para investor yang menahan modal mereka dan mengalihkan ke safe haven asset alih-alih menanamkan modal mereka untuk usaha produktif.
Ia mengkhawatirkan, apabila terjadi perlambatan ekonomi pada negara-negara yang menjadikan Amerika sebagai pangsa pasar maka negara-negara tersebut juga akan kurang membeli bahan baku.
"Indonesia adalah eksportir bahan baku terbanyak. Jadi kalau mereka kurang membeli bahan baku di Indonesia maka komoditas unggulan Indonesia akan turun. Ini yang berdampak pada Indonesia,” katanya.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengungkapkan Indonesia harus cerdas dalam menempatkan posisi agar tidak terjebak dalam perang dagang Amerika Serikat dan China.
“Jika permintaan pembelian bahan baku menurun maka harga jual akan turun dan berdampak pada harga komoditas bahan baku,” imbuhnya.
Berdasarkan Laporan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nonmigas Indonesia ke China didominasi besi dan baja sejak 2022. Pada tahun 2022, eskpor besi dan baja mencapai 29,9 persen, berlanjut pada Januari- Agustus 2023 yang mencapai 28,29 persen.
Sebelumnya, ekspor ke China didominasi bahan bakar mineral yang mencapai 29,62 persen pada 2021, lalu turun menjadi 24,40 persen pada 2022 dan 26 persen hingga Agustus 2023 yang menandakan ada peralihan struktur ekspor nonmigas Indonesia ke China. (*)