Pecahkan Rekor, Mercedes Benz 300 SLR Terjual Seharga Rp2,1 Triliun

Minggu, 22 Mei 2022 - Andrew Francois

MOBIL Mercedes-Benz 300 SLR keluaran 1955 Uhlenhaut Copue telah memecahkan rekor mobil termahal yang dijual di lelang. Tawaran pemenang untuk mobil tersebut melampaui jauh pemegang rekor sebelumnya dengan angka menyentuh USD 143 juta atau setara dengan Rp 2,1 triliun.

AutoBlog mengabarkan, rekor sebelumnya dipegang mobil Ferrari 250 GTO 1962 yang dijual pada 2018 lalu di Monterey Car Week dengan harga lelang mencapai USD 48,4 juta atau setara Rp 710 miliar. Itu tentu bukan harga yang murah untuk sebuah mobil.

Namun, harga untuk Mercedes-Benz 300 SLR tersebut lebih gila lagi, bahkan lebih dari dua kali lipat lebih tinggi. Tentu ada faktor yang menyebabkan tingginya harga mobil tersebut, salah satunya ialah catatan kecelakaan balap terburuk dalam sejarah yang disimpan mobil tersebut.

Baca juga:

Satu Unit Mercedes-Benz EQS Diperkirakan Seharga Lebih dari Rp 1.4 Miliar

Mercedes-Benz 300 SLR yang legendaris. (Foto: Mercedes-Benz)

Terlepas dari nama dan model pintunya, mobil tersebut sebetulnya tidak terafiliasi dengan Mercedes-Benz ikonik 300 SL yang memiliki model bukaan pintu seperti burung camar, sebuah desain paling ikonik dalam sejarah desain mobil.

Namun, mobil tersebut sebetulnya lebih mirip dengan Mercedes-Benz W196, lini terakhir dari armada mobil balap Silver Arrow yang berasal dari 1934. W196 pernah berkompetisi di Formula 1 pada 1954 dan 1955 dan memenangi kedua kejuaraan tersebut.

DNA yang mirip antara W196 dan 300 SLR yang membuat ada pembeli rela membawa pulang mobil tersebut dengan harga begitu tinggi. Mobil jalan raya yang didesain dengan konfigurasi kursi tunggal tersebut pernah bersaing di Kejuaraan Dunia Sportcar 1955 dengan pengemudi legendaris Stirling Moss dan Juan Manuel Fangio.

Baca juga:

Tampilan Mewah dengan Performa Mumpuni SUV Listrik Mercedes Benz EQS

Mercedes-Benz 300 SLR pada kejuaraan dunia 24 Hours of Le Mans 1955. (Foto: Mercedes-Benz)

Tak mengherankan bila mobil tersebut begitu diincar kolektor dan sangat diinginkan meski harganya mencapai triliunan rupiah. Namun, mobil tersebut juga menyimpan sejarah gelap, tepatnya pada ajang 24 Hours of Le Mans 1955, 300 SLR yang dikemudikan pembalap Prancis Pierre Levegh bertabrakan dengan mobil lain, melintir, dan terlontar ke tribun.

Saat itu, tingkat keamanan dunia balap kendaraan tentu belum secanggih dan seaman sekarang, tidak terdapat fitur pencegah kecelakaan seperti pada trek modern sekarang ini. Akibatnya, mobil itu terpelanting berkali-kali sejauh beberapa meter, hancur, dan bagian-bagian mobil beterbangan ke arah penonton.

Komponen berat seperti blok mesin dan suspensi depan menghantam tribun penonton, setengah bagian belakangnya bahkan terbakat api dan dengan cepat menyebar ke seluruh panel bodi yang terbuat dari bahan magnesium ringan yang mudah terbakar.

Baca juga:

Mercedes-Benz Masuk Daftar 10 Besar 'Best Global Brands 2021'

Mercedes-Benz 300 SLR yang hancur pada tabrakan di 24 Hours of Le Mans 1955. (Foto: Mercedes-Benz)

Kecelakaan tak terhindarkan tersebut menjadi salah satu sejarah gelap dan tragedi paling menyedihkan dalam dunia balap mobil. Insiden itu menewaskan 84 penonton termasuk sang pengemudi Levegh yang tewas saat terlempar ke trotoar, sedangkan 180 orang lainnya mengalami luka-luka.

Sejak saat itu, seluruh trek balap di dunia mulai berlomba meningkatkan fitur keselamatan dan keamanan di sirkuit mereka untuk mencegah tragedi yang sama terjadi. Mercedes-Benz sendiri sampai pensiun dari dunia balap selama lebih dari 30 tahun sebelum kembali pada 1989. (waf)

Baca juga:

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan