Pah, Mah, Maaf Aku Dulu Sering Mencuri dan Bolos ke Warnet
Kamis, 16 Desember 2021 -
BEGITU angkot aku dan temanku tumpangi berhenti di simpang tiga, kami langsung bergegas ke warnet langganan untuk absen di sebuah game. Kira-kira pukul 19.00 WIB. Pokoknya kalau ke warung internet (warnet) enggak ada kata capek meski siangnya kami menimba ilmu di sekolah.
Buatku, masa-masa SMP jadi momen sulit dilupakan karena begitu membekas akan kenakalan dan kemahiranku. Mencoba merokok pertama kali, bolos sekolah ke warnet, pacaran, menjadi salah satu orang pandai matematika, sampai berani pulang naik angkot. Mungkin benar kata orang kalau SMP jadi masa-masa seseorang mencari jati diri untuk pertama kalinya.
Ketertarikanku dengan gim daring dan warnet sebenarnya sudah ada sejak duduk di bangku kelas 1 SMP. Dan memang pada zaman itu, warnet sedang populer di kalangan anak muda karena internet hanya bisa dimiliki orang-orang tertentu.
Jadi, hampir setiap Sabtu dan Minggu aku selalu ke warnet dari pukul 10.00 WIB sampai 18.00 WIB. Enggak cuma itu, di hari-hari sekolah pun aku terkadang menyempatkan diri ke warnet, setelah pulang sekolah misalnya.
Baca juga:

Bahkan, ketika warnet belum dibuka, aku jadi salah satu pelanggan setia menunggu di depan teras warnet agar bisa dapat tempat duduk paling enak dan komputer enggak ngelag. Bersama dengan bocah-bocah warnet lainnya, kami berbincang terkait gim akan dimainkan hari ini atau seputar gim daring kesukaanku. Dan begitu cici pemilik warnet datang dan siap membuka pintu, kami langsung bersemangat karena tidak sabar untuk bermain. Begitulah kira-kira aktivitas akhir pekanku dihabiskan bermain di warnet.
Orang tua sebenarnya mengizinkan aku bermain warnet setiap Minggu karena dari Senin sampai Jumat sudah letih sekolah. Jadi, hitung-hitung melepas stres dengan pelajaran di sekolah. Namun, orang tuaku tetap mengingatkan agar sebelum main warnet harus sarapan terlebih dahulu, dan nanti siangnya pulang makan di rumah. Setelah itu, baru lanjut main warnet lagi.
Nah, buat anak warnet sejati, kamu pasti tahu bagaimana populernya gim Point Blank pada saat 2009-2010. Gim tembak-tembakan ini seolah menghipnotis para pemainnya untuk hampir bermain setiap hari, bahkan membeli item di dalamnya. Tak jarang, anak warnet pun berlomba-lomba untuk menjadi siapa paling full cash di Point Blank.
Baca juga:

Aku salah satunya. Pada saat itu, memang sangat penasaran seperti apa sih punya senjata hasil beli cash, seberapa sakit damage diberikan, dan seberapa keren jika dikombinasi dengan item lainnya.
Aku berpikir bagaimana caranya untuk bisa membeli item-item keren tersebut. Sebenarnya bisa saja aku membeli menggunakan uang jajan meski tidak seberapa itu, tapi senjata didapatkan kurang menarik. Item-item aku inginkan tentu harus mengeluarkan biaya cukup banyak.
Layaknya anak SMP polos, malahan tidak berpikir panjang, aku punya rencana jahat, mencuri uang orang tua. Di rumahku, terdapat lemari kecil bertingkat di dalamnya terdapat dompet mamaku dengan uang jutaan rupiah. Meski dikunci, aku tahu di mana letaknya. Maka, dengan akal-akalan tersebut, aku langsung mengambil uang sedikit demi sedikit agar enggak ketahuan. Hal ini aku lakukan hanya saat aku ingin membeli item, bukan setiap hari. Kalau dihitung-hitung, total uang sudah aku ambil sekitar Rp 1,5 juta.
Belum puas, aku juga menggunting tabungan plastik berbentuk kereta milikku untuk mengambil uang di dalamnya, sebesar Rp 500 ribu. Aksi ini aku lakukan di malam hari dengan cara bersembunyi di dalam lemari saat lainnya berada di ruang tamu ketika menonton TV.
Puas rasanya ketika ‘uang haram’ tersebut aku belikan cash Point Blank. Bahkan orang-orang di warnet pun terkejut karena aku bisa membeli sebanyak itu. Satu per satu cash aku gosok menggunakan koin Rp 500 perak. Terisi lah cash sebesar 50.000 di Point Blank, dan itu sangat banyak. Biasanya orang-orang di warnet hanya mengisi paling banyak 10.000.
Karena aku salah satu orang paling full cash, tak heran mendapat pengakuan dari anak-anak warnet sebagai pemain paling mentereng. Sebenarnya tidak perlu sih, tapi jadi suatu kebanggaan saat itu. Begitulah lika-liku anak warnet, siapa paling banyak cashnya akan paling diakui di warnet.

Semenjak saat itu, aku makin menjadi-jadi dengan sering bolos ke warnet untuk main Point Blank. Alasannya sih pergi ke tempat les buat persiapan Ujian Nasional (UN), padahal mampir ke warnet sebelah sekolah.
Orang tuaku pun mengetahui sifat buruk ini secara perlahan-lahan dan aku juga ketahuan mencuri uang di lemari.
Sedihnya lagi, papaku rela berhenti bekerja selama satu tahun demi mengawasiku di rumah. Dari kejadian ini, aku pun mulai mengurangi kebiasaan mencuri uang dan main warnet.
Satu tahun berlalu setelah kejadian pencurian uang tersebut, sifatku mulai membaik dan fokus untuk belajar persiapan UN. Ayahku pun kembali bekerja. Meski begitu, aku tetap saja tidak mau minta maaf karena mungkin faktor belum berpikir dewasa.
Di umur sekarang, aku sadar perlakuan dulu memang mengecewakan. Aku sadar uang aku curi itu jumlahnya sangat besar. Aku mengerti perasaan orang tuaku ketika anaknya lebih mementingkan warnet daripada pendidikan. Kebiasaanku mulai berubah menjadi lebih baik saat duduk di bangku SMA sampai kuliah.
Aku senang bisa menuangkan semua isi hati lewat tulisan ini. Pah, Mah, aku minta maaf atas semua perbuatan jelek di masa lalu. Suatu saat nanti jika aku menjadi seorang ayah, aku akan mengajarkan anakku menjadi pribadi baik. Tidak seperti aku dulu. (and)
Baca juga: