OHCC: 700 Ribu Jiwa di Indonesia Meninggal Akibat Resistensi Antibiotik
Kamis, 21 November 2024 -
Merahputih.com - Kondisi resistensi antibiotik tak bisa dianggap enteng. Selain meningkatkan risiko silent pandemi, ia juga menyumbang angka kematian tinggi di seluruh dunia.
Koordinator Udayana One Health Collaboration Center (OHCC), Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan kalau penelitian terbaru menunjukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia ada 700 ribu kematian akibat resistensi antibiotik.
Ni Nyoman menyebut kalau presentase risiko kematian akibat bakteri ini akan terus bertambah jumlahnya. Tak main-main, dari penjelasannya kematian bisa capai 70 juta jiwa hanya dalam satu tahun.
"Diperkirakan 2050 selama 1 tahun 70 juta orang meninggal karena bakteri," ujarnya dalam kegiatan Diseminasi Laporan Program Desa Bijak Antibiotika (SAJAKA) secara daring, Rabu, (20/11) .
Baca juga:
Ni Nyoman mengatakan semua itu terjadi karena kondisi resistensi antibiotika. Dimana bakteri jadi lebih cepat menjadi resisten.
Di sisi lain, lanjut Ni Nyoman, hal ini akibat tidak adanya perkembangan penemuan antibiotik.
"Hal ini karena bakteri cepat menjadi resisten tapi antibiotika dalam 10 tahun terakhirnya tidak ada yang baru," ujarnya. "Dalam 1 titik antibiotika tidak bisa digunakan lagi," sambungnya frustasi.
Baca juga:
Harvard University Buat Senyawa yang Bisa Atasi Resistensi Antibiotik
Selain itu, Ni Nyoman mengatakan pada 2050 juga angka kematian akibat bakteri bakal lebih tinggi ketimbang penyakit kanker.
"Resistensi Antimikroba (AMR) 10 juta pertahun itu lebih tinggi dari pada kanker. Pasalnha kanker 8 juta pertahun pada tahun 2050," ucapnya.
Sehingga bukan tidak mungkin kata Ni Nyoman ada contoh kasus seseorang yang kecelakaan mengalamo patah tulang lalu berobat ke Rumah Sakit lalu meninggal. Temuannya, pasien meninggal bukan karena patah tulang melainkan karena infeksi bakteri. (Tka)