Nasionalisme Zaman Now Beda Dengan Nasionalisme Masa Kemerdekaan

Kamis, 15 Maret 2018 - Angga Yudha Pratama

Merahputih.com - Ketua MPR, Zulkifli Hasan menegaskan makna nasionalisme pada zaman saat ini berbeda dengan nasionalisme pada masa perjuangan kemerdekaan.

"Nasionalisme saat ini, adalah figur yang mengenal baik jati dirinya sendiri, kampung halaman dan budayanya, serta mencintai negaranya," kata Zulkifli Hasan saat menyampaikan pidatonya pada kegiatan Puncak Milad ke-54 Ikatan Mahaiswa Muhammadiyah (IMM) di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (14/3).

Menurut Zulkifli, untuk memiliki jiwa nasionalisme saat ini harus memenuhi beberapa kriteria, pertama, mengenal latar belakang daerah dan budayanya dengan baik.

Seorang pemuda, harus mengenal dengan baik kampung halamannya, lingkungan sekitarnya, budaya dan kearifan lokalnya, sehingga memiliki rasa kedaerahan yang kuat.

Kedua, ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut dia, dengan menguasai ilmu pengetahian dan teknologi, maka suatu bangsa dapat memiliki daya saing tinggi dan berkompetisi dengan bangsa-bangsa lainnya.

"Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat mengelola bangsanya dengan baik," katanya dilansir Antara.

Ketiga, memahami nilai-nilai luhur bangsa. Menurut dia, Indonesia memiliki landasan ideologi Pancasila, yang dalam setiap silanya memiliki nilai-nilai luhur bangsa.

Dengan memahami nilai-nilai luhur bangsa, kata dia, maka menjadikan bangsa Indonesia, rukun, damai, dan adil.

"Kenyataannya, saat ini masih terjadi saling cemooh dan masih banyak beredar berita hoaks. Hal ini karena masih banyaknya praktik transaksional," katanya.

Pada kesempatan tersebut, Zulkifli mengingatkan mahasiwa Muhammadiah serta pemuda lainnya di seluruh Indonesia, untuk memiliki jiwa nasionalisme yang aktual.

Zulkifli mengingatkan mahasiswa, untuk mengenal baik kampung halaman dan daerah asalnya, mengenal dengan baik budaya dan kearifan lokalnya, menimba ilmu pengetahuan setinggi-tinggiya, serta memahami dan menerapkan nilai-nilai luhur bangsa.

Pada kesempatan tersebut, Zulkifli juga semapat mengundang tiga mahasiswa untuk naik ke atas panggung dan diberikan pertanyaan soal data-data di daerah asalnya , seperti jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, jumlah pengangguran, jumlah anak yatim-piatu, dan sebagainya.

Menurut Zulkifli, mahasiswa tersebut sulit menjawab dengan data yang tepat, tapi mengatakan jumlahnya banyak.

"Itu menunjukkan masih kurang peduli terhadap kampung halaman dan lingkungan sekitar," katanya. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan