Nadiem Temui Petinggi NU Terkait Kamus Sejarah Tanpa KH Hasyim Asy'ari
Kamis, 22 April 2021 -
MerahPutih.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bertandang ke kantor Nahdlatul Ulama (NU) di tengah kontroversi "hilangnya" nama tokoh NU KH Hasyim Asy'ari dari Kamus Sejarah Indonesia Jilid I.
Sekjen PBNU KH Helmy Faishal Zaini menjelaskan, isi pertemuan tertutup antara Mendikbud Nadiem Makarim, Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj, Yenny Wahid, dan beberapa pengurus.
"Beliau menyampaikan tabayun, klarifikasi, terkait dengan beredarnya Kamus Sejarah Indonesia yang ternyata tadi Pak Menteri sudah menyampaikan bahwa ini adalah program 2017," kata Helmy di kantor PBNU, Kamis (22/4).
Baca Juga:
Kemendikbud Akui Teledor tak Cantumkan KH Hasyim Asy'ari di Kamus Sejarah Indonesia
Ia menambahkan, pihaknya menyampaikan kritik, saran, dan masukan kepada Nadiem Makarim.
"Sejarah pendidikan Indonesia itu tidak lepas dari peran besar kiai NU dalam konteks membangun sekaligus merintis berdirinya NKRI," tegasnya.
Helmy melanjutkan, pada 1914 itu yang dikeluarkan KH Hasyim Asyari, hal tersebut yang melandasi umat Islam Indonesia dalam konteks tidak membenturkan antara agama dengan negara.
"Agama dengan negara ini bisa beriringan sejalan tanpa harus dipertentangkan," ungkapnya.
Nadiem Makarim meminta maaf dan akan merevisi kamus tersebut.
Nadiem menyebut, bukan hanya isu yang menyangkut NU, secara menyeluruh, kamus itu juga tidak lengkap memuat tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia.
"Ada berbagai macam isu, bukan hanya dari pihak NU, tapi kita sudah menemukan banyak ketidaklengkapan yang akan kita segerakan untuk merevisi kamus sejarah ini," kata Nadiem.

Menurutnya, penting untuk kembali memeriksa tokoh yang harusnya termuat dalam kamus tersebut.
Sebab kamus dan tokoh-tokoh sejarah, menurut Nadiem, adalah identitias Indonesia.
"Kita tidak tahu Indonesia mau ke mana, tanpa kita mengetahui kita dari mana," jelas dia.
Dan hal tesebut, kata dia, juga menjadi ajaran bapak pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara.
Di mana Ki Hadjar, kata dia, juga menganut nilai sejarah dalam memaknai kemerdekaan bangsa.
"Itu adalah esensi dari daripada dari pengajarannya Ki Hadjar Dewantara mengenai Merdeka Belajar. Jadi kita harus bisa mengerti sejarah kemerdekaan kita untuk mengetahui apakah kita merdeka atau tidak," jelas Nadiem.
Kemendikbud sejatinya telah melakukan berbagai upaya pelurusan terkait polemik kamus sejarah. Kehadiran Nadiem menemui petinggi PBNU semakin menegaskan upaya perbaikan dari kamus tersebut.
"Sekali lagi terima kasih untuk perbincangannya, dukungannya, dan akan segera kami lakukan pelurusan isu ini dengan input dari PBNU dan organisasi-organisasi lainnya dan sejarawan-sejarawan yang akan melengkapi kamus sejarah ini," tutur Nadiem.
Baca Juga:
Di sisi lain, NU juga menyoroti nama Gubernur Belanda HJ Van Mook dan tokoh komunis pertama di Asia Henk Sneevliet justru dimasukkan dalam kamus sejarah RI.
Nadiem sendiri sudah membantah hal tersebut dengan menyebut kamus tersebut masih berbentuk draf dan belum diterbitkan secara resmi oleh Kemendikbud.
Namun, dia mengaku salah karena sudah mengunggah kamus tersebut dalam website rumahbelajar.id yang bisa diakses publik seakan kamus sejarah tersebut sudah resmi. (Knu)
Baca Juga: