Museum Louvre Kemalingan, Sistem Keamanan Dipertanyakan

Sabtu, 25 Oktober 2025 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM — MESKI menyimpan karya seni prestisius dan perhiasan mahal bersejarah, Museum Louvre rupanya tak dilengkapi sistem keamanan nan memadai. Perampokan siang bolong pada Minggu (19/10) bukanlah kali pertama Museum Louvre kecolongan. Pada 1911, lukisan Mona Lisa pernah dicuri dari museum ini.

Dua kejadian mengejutkan ini sontak memunculkan pertanyaan serius mengenai tingkat keamanan karya seni Prancis, saat benda-benda bersejarah tersebut semakin sering menjadi target geng kriminal.

Menurut Menteri Dalam Negeri Prancis Laurent Nunez, geng yang membobol Apollo Gallery pada Minggu pagi ialah kelompok profesional. Mereka tahu apa yang mereka incar, jelas telah ‘mengintai lokasi’ sebelumnya, memiliki modus operandi yang sederhana tapi efektif, dan hanya membutuhkan waktu tujuh menit untuk membawa hasil jarahan mereka dan melarikan diri. Dengan menggunakan truk berplatform pengangkat seperti yang digunakan perusahaan pemindahan barang, mereka parkir di jalan di luar museum, menaikkan diri ke lantai pertama, lalu menggunakan pemotong cakram untuk masuk melalui jendela.

Di dalam galeri yang megah itu, mereka langsung menuju dua lemari pajangan yang berisi sisa-sisa perhiasan mahkota Prancis. Sebagian besar regalia kerajaan Prancis hilang atau dijual setelah Revolusi 1789, tetapi beberapa barang diselamatkan atau dibeli kembali. Namun, sebagian besar benda dalam lemari itu berasal dari abad ke-19 dan milik dua keluarga kekaisaran, yakni Napoleon dan keponakannya, Napoleon III.

Menurut pihak berwenang, delapan barang dicuri termasuk mahkota, kalung, anting-anting, dan bros. Barang-barang itu pernah dimiliki istri Napoleon, Permaisuri Marie-Louise, iparnya, Ratu Hortense dari Belanda, Ratu Marie-Amelie, istri Raja terakhir Prancis Louis-Philippe yang memerintah dari 1830 hingga 1848, serta Permaisuri Eugenie, istri Napoleon III, yang memerintah dari 1852 hingga 1870. Sebuah mahkota milik Permaisuri Eugenie juga dicuri, tetapi ditemukan dalam keadaan rusak di dekat museum setelah tampaknya dijatuhkan para pencuri saat melarikan diri.

Baca juga:

Louvre Kemalingan, Direktur Museum Ungkap tak Ada kamera Pengawas yang Merekam Aksi Pencurian



Dalam pernyataan, Kementerian Kebudayaan Prancis mengatakan alarm museum telah berfungsi dengan benar. Lima staf museum yang berada di galeri atau sekitarnya mengikuti protokol dengan menghubungi pasukan keamanan dan melindungi pengunjung. Disebutkan juga bahwa geng tersebut mencoba membakar kendaraan mereka di luar, tetapi dicegah intervensi salah seorang staf museum.

Perampokan ini terjadi di galeri yang hanya berjarak beberapa langkah dari beberapa lukisan paling terkenal di dunia, seperti Mona Lisa. Namun, kelompok kriminal yang melakukan perampokan seperti ini tidak menargetkan lukisan-lukisan terkenal yang tidak akan pernah bisa dipajang atau dijual. Mereka lebih memilih barang-barang yang bisa diubah menjadi uang tunai. Perhiasan jelas jadi target utama.

Betapa pun besar nilai sejarah dan budayanya, mahkota dan perhiasan mudah dihancurkan dan dijual dalam bentuk bagian-bagian kecil. Berlian besar sekalipun bisa dipotong-potong. Harga jual akhirnya mungkin tidak sebesar nilai asli artefak, tetapi tetap sangat tinggi.

Dua pencurian museum baru-baru ini di Prancis sudah memperingatkan pihak berwenang tentang meningkatnya keberanian geng seni. Rencana keamanan yang disusun Kementerian Kebudayaan Prancis kini mulai diterapkan di seluruh Prancis. “Kami sangat sadar bahwa museum-museum Prancis rentan,” kata Nunez.

Pada September, pencuri mengambil emas mentah dalam bentuk mineral dari Museum Sejarah Alam di Paris. Emas tersebut bernilai sekitar 600.000 euro (sekitar Rp 10,4 miliar) dan amat mungkin telah dijual dengan mudah di pasar gelap. Pada bulan yang sama, pencuri juga mencuri porselen senilai 6 juta euro (sekitar Rp 104 miliar) dari museum di Limoges, kota yang dulu terkenal karena keramiknya. Barang curian itu diduga dipesan pembeli asing.

Louvre menyimpan ribuan karya seni yang terkenal di seluruh dunia serta jumlah yang sama dari benda-benda yang kurang dikenal, tapi memiliki nilai budaya besar. Namun, dalam sejarah Louvre yang lebih dari 230 tahun, hanya sedikit pencurian yang terjadi, sebagian besar berkat keamanan yang ketat. Kehilangan terakhir terjadi pada 1998, ketika lukisan lanskap karya seniman abad ke-19 Camille Corot, Le Chemin de Sevres (Jalan Menuju Sevres), dicopot begitu saja dari dinding ketika tidak ada yang memperhatikan. Hingga kini, lukisan itu belum ditemukan.

Namun, pencurian paling terkenal tentu saja terjadi pada 1911, ketika La Joconde karya Leonardo da Vinci, yang kini dikenal sebagai Mona Lisa, dicuri.
Pelakunya kala itu bersembunyi di lemari semalaman, lalu melepaskan lukisan dari bingkainya, membungkusnya dengan jas kerja, menyelipkannya di bawah lengannya, dan berjalan keluar begitu saja. Ternyata, pelaku ialah seorang nasionalis Italia yang ingin membawa lukisan itu pulang ke tanah air. Karya itu ditemukan di Italia pada 1914 dan dikembalikan ke Louvre.

Dalam hal pencurian kali ini, penyelidik harus bergerak cepat mengejar pencuri. Tujuan utama geng penjahat itu ialah segara memisahkan dan menjual perhiasan curian itu. Tampaknya, hal itu tak terlalu sulit dilakukan.(dwi)

Baca juga:

Museum Louvre Dibuka kembali, Ruang Apollo Tetap Tertutup

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan