Muang Sangkal, Tarian Penolak Bala khas Madura

Jumat, 17 Januari 2025 - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com - Pulau Madura memilikikebudayaan dan tradisinya yang kuat, memiliki banyak kekayaan seni, salah satunya adalah tarian tradisional bernama Muang Sangkal.

Tarian ini bukan sekadar hiburan, tetapi memiliki makna filosofis yang mendalam dan kerap dijadikan simbol penghormatan terhadap leluhur serta bentuk ungkapan rasa syukur. Tarian Muang Sangkal menjadi representasi kebudayaan masyarakat Madura yang kental dengan nuansa ritual dan keagamaan.

Dikutip dari berbagai sumber, Muang Sangkal berasal dari kata muang yang berarti 'menolak' dan sangkal yang berarti 'kesialan' atau 'malapetaka'. Jadi, secara harfiah, Muang Sangkal dapat diartikan sebagai 'menolak bala' atau menolak kesialan.

Baca juga:

Ojung, Ritual Orang Madura Memanggil Hujan

Tarian Muang Sangkal dipercaya mampu mengusir energi negatif dan membawa keberkahan bagi mereka yang menyaksikan atau ikut serta dalam prosesi tari ini.

Tarian ini pertama kali dipopulerkan oleh masyarakat Madura, khususnya di daerah Sumenep, salah satu kabupaten di Pulau Madura. Tarian ini biasanya digelar dalam berbagai acara adat, seperti perayaan besar, upacara pernikahan, atau ketika ada hal-hal penting yang dianggap perlu untuk meminta restu dari leluhur.

Baca juga:

Sejarah dan Filosofi di Balik Bentuk Celurit Senjata Tradisional Madura

Selain itu, tarian Muang Sangkal tidak hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi mengandung pesan spiritual dan filosofi hidup.

Tarian ini melambangkan upaya manusia untuk membersihkan diri dari hal-hal buruk yang bisa mengganggu keharmonisan hidup. Dengan menari Muang Sangkal, para penari dan penontonnya diyakini dapat mengusir kesialan, bencana, serta penyakit, sekaligus memohon berkah dan keselamatan.

Gerakan dalam tarian ini dipenuhi dengan simbol-simbol yang memiliki makna. Gerakan tangan, langkah kaki, dan ekspresi wajah penari mencerminkan doa dan harapan agar kehidupan selalu dilindungi dan diberkahi.

Biasanya, tarian ini dibawakan oleh penari perempuan yang mengenakan pakaian adat Madura yang penuh warna, sehingga menambah keindahan visual yang dipadukan dengan nuansa sakral. (far)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan