Milenial Semakin Kepincut Food Tourism?

Selasa, 18 September 2018 - P Suryo R

MELANCONG kini bukan lagi sekadar mencari spot instagramable bagi para milenial. Melancong juga menjadi ajang perburuan kuliner lokal. Bukan hanya mencicipi makanan, namun para milenial juga tertarik untuk mengetahui lebih mendalam mengenai sejarah makanan itu sendiri.

Hal inilah yang dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang food Tourism, Pelangi Benua. Namun, ada tantangan untuk membuat tur kuliner bagi para milenial. Terutama jika mengunjungi daerah yang memiliki kuliner tradisional.

Akan tetapi, ke depannya milenial akan semakin kepincut untuk melakukan pelancongan sambil mempelajari sejarah kuliner-kuliner lokal mengingat Indonesia memiliki beragam pilihan kuliner."Tapi kalau lihat trennya udah pasti mereka (milenial) akan ke sana (wisata kuliner) dengan kekayaan Kita. Asalkan bisa kita olah dengan konten yang menarik," ujar CEO Pelangi Benua, Beby Vinny kepada merahputih.com di kawasan Jakarta Selatan, Senin (17/9).

william wongso
Bebby Vinny. Generasi milenial suka kuliner tradisional dan fusion. (Foto: MP/ikhsan Digdo)

Selain itu, menurut Vinny para milenial juga lebih terbuka soal mencicipi kuliner baik itu tradisional atau gabungan dua eleman, alias makanan fusion.

"Menu lokal mereka appreciate tapi fusion juga mereka terima," tambahnya.

Lebih lanjut, lulusan Fakultas Ekonomi ini juga menyarankan agar para milenial lebih berbaur dengan masyarakat lokal saat melancong. Tujuannya agar bisa berburu kuliner khas lokal yang terkenal. Cara ini lebih baik kata Beby daripa mengandalkan teknologi.

Memang, sekarang ini sudah banyak aplikasi yang bisa memberikan rekomendasi kuliner di suatu tempat. Namun jika bertanya langsung dengan penduduk lokal informasi yang diterima lebih terkini dan jelas. "Tanya orang lokal kalau makan 'di mana sih'," jelas Beby.

Melalui interaksi dengan penduduk lokal pelancong akan tahu kebiasaan makan mereka. Selain itu ia juga menyarankan agar para pelancong mengunjungi pasar tradisional. Alasannya pasar tradisional merupakan salah satu tempat terjadinya interaksi sesama penduduk lokal.

semur lidah
Kuliner Indonesia tetap memikat generasi milenial. (Foto: instagram.com/dapuralam3)

Sehingga pelancong akan lebih mengetahui rutinitas harian penduduk. Termasuk makanan penduduk saat sarapan, makan siang maupun makan malam. Ia pun memberikan salah satu contoh kebiasan mengopi masyarakat Lasem yang sepertinya tidak ketahui banyak orang. "Dari interaksi mereka kita tahu. Kebiasan masyarakat lokal ngapain. Seperti di lasem mereka ada kopi lelet sambil ngopi mereka bikin lukisan di rokok," imbuhnya.

Dengan berinteraksi langsung dengan penduduk lokal pelancong juga bisa mengetahui bahan-bahan rahasia dari kuliner lokal. Ditambah memperlajari bahasa lokal yang tentunya menjadi nilai tambah ketika mengunjungi destinasi wisata.

ikan peda
Masakan tradisional tetap jadi andalan food tourism. (Foto: instagram.com/my_story_of_foods

Di samping itu, Pelangi Benua juga menyediakan setidaknya tiga trip dalam waktu setahun. Kapasitas pelancong yang bisa mengikuti perjalanan dimulai dari 20 orang. Untuk saat ini ada beberapa destinasi wisata Indonesia yang bisa dikunjungi melalui layanan mereka termasuk Toraja, Minangkabau, Lasem, Yogyakarta dan Solo.

Tidak hanya wilayah Indonesia, namun pelancong juga bisa berwisata kuliner ke luar negeri. Meskipun saat ini tujuannya baru India, ke depannya Benua Pelangi juga akan menyediakan perjalanan menuju Vietnam, Korea, dan Pineng.

Setiap program menghadirkan pakar kuliner ternama. Selain memberikan pengalaman berburu kuliner lokal, pelancong juga akan diberikan edukasi mengenai tradisi lokal seperti ritual-ritual tertentu. Untuk perjalanan kuliner domestik sendiri memakan waktu sebanyak lima hari empat malam. (ikh)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan