Menilik Keunikan Masjid Al-Karomah Cirebon

Kamis, 16 Juni 2016 - Noer Ardiansjah

MerahPutih Budaya - Cirebon merupakan salah satu daerah yang bisa dibilang sebagai akar dari syiar Islam di tanah Jawa ini. Kota di timur Jawa Barat ini meninggalkan banyak bangunan serta tradisi yang sarat akan ajaran yang disebarkan oleh para wali.

Cirebon juga memiliki sejumlah masjid tua yang dijadikan sebagai tempat para Wali Songo bermusyawarah serta menyebarkan ajaran Islam. Yang paling tersohor di Cirebon adalah Masjid Al-Karomah. Masjid yang memiliki usia ratusan tahun ini berada di Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon.

Rabu (15/6), merahputih.com menyambangi Masjid Al-Karomah. Saat memasuki masjid tertua ini, merahputih.com merasakan suasana pada zaman kerajaan dulu. Berbeda dengan masjid lainnya, Masjid Al-Karomah memiliki keunikan khas, yakni arsitekturnya murni khas Jawa.


Bagian dalam Masjid Al-Karomah (Foto: MerahPutih/Irm)

Masjid Al-Karomah dikelilingi oleh tembok yang berwarna merah bata. Ruang utama masjid yang digunakan untuk beribadah dilengkapi oleh sejumlah saka atau tiang penyangga terbuat dari kayu yang usianya ratusan tahun. Kendati usianya ratusan tahun, saka tersebut masih kokoh berdiri menyangga masjid yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.

Sang juri kunci Masjid Al-Karoman Hasyim menceritakan, usia saka Masjid Al-Karomah kurang lebih sudah mencapai 700 tahunan. Masjid ini berdiri sejak abad ke-15. Hasyim bilang, Masjid Al-Karomah didirikan oleh Syekh Syarif Hidayatullah yang lebih akrab ditelinga masyarakat dengan sebutan Sunan Gunung Jati.

"Sebelum ada Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan masjid tua lainnya, masjid ini sudah berdiri," ujarnya seraya menunjukan saka-saka masjid.


Masjid Al-Karomah (Foto: MerahPutih/Irm)

Nama Al-Karomah, dijelaskan Hasyim, lantaran masjid ini diyakini oleh masyarakat memiliki manfaat yang agung atau karomah bagi yang beribadah atau yang berziarah di masjid tersebut. "Sekarang dianggap keramat. Karena usianya sudah berabad-abad," tuturnya. Masjid Al-Koramah berada di dekat sungai. Meski sejak dulu sering dilanda oleh banjir, masjid ini tetap kokoh berdiri.

"Pintu masuk masjid dibuat pendek, tingginya sekitar 150 sentimeteran. Kita harus sedikit membungkuk, ini mengingatkan kita agar selalu ingat kepada Sang Pencipta, mengingatkan kita untuk selalu memuji dan menyembah Sang Khalik," paparnya.

Selain ruang utama masjid yang digunakan untuk beribadah, ada pula ruang lainnya, yakni padepokan. Menurut Hasyim, padepokan tersebut digunakan oleh para wali untuk bermusyawarah. (Irm)

BACA JUGA:

  1. Lebih Dalam Melongok Masjid Pasalakan Cirebon
  2. Antisipasi Arus Mudik, Polresta Cirebon Terjunkan 900 Personel
  3. Wali Kota Cirebon Imbau Wali Murid Tak Mudah Lapor Polisi
  4. Jejak Sejarah Masjid Keramat Megu Gede Cirebon
  5. Dilarang Jualan di Alun-alun, PKL Cirebon Gelar Bazar Ramadan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan