Mengapa Pakai Batik di Hari Jumat?
Kamis, 28 Januari 2021 -
PEMANDANGAN di hari Jumat di perkantoran, sekolah atau ruang terbuka publik lainnya banyak berseliweran orang memakai baju batik. Saat ini tidak ada orang yang tidak memiliki baju batik, meskipun hanya satu helai saja.
Lalu, apa yang membuat hari Jumat identik dengan seragam batik? Menurut sejarawan Hendaru Tri Hanggoro, sebenarnya, tidak ada alasan khusus untuk memakai bati di hari Jumat.
Baca Juga:

“Pada masa orde baru, pakaian batik justru wajib pada hari Senin untuk PNS dan pengajar. Sementara untuk sekolah dasar, beberapa menggunakan pada hari Kamis, ada juga di hari Jumat. Lalu pada masa reformasi, kebijakan itu berubah jadi hari jumat,” ungkapnya.
Batik untuk pegawai negeri ini tak lepas dari ideologi uniformitas orde baru, yang menghendaki adanya keseragaman di segala sektor. Kemudian, UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia pada 2 Oktober 2009. Hari itu juga diperingati sebagai Hari Batik Nasional.
“Sebelum ada keputusan UNESCO, batik memang digunakan pada hari Jumat. Mungkin karena ini hari terakhir kerja,” kata Hendaru.
Baca Juga:

Setelah ketentuan UNESCO, Pemerintah mengeluarkan aturan pada Lampiran II Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 68 Tahun 2015, yang mulai diberlakukan pada 30 September 2015, mengenai aturan PNS memakai batik atau pakaian daerah pada hari Jumat.
Menurut Hendaru, kata batik kemungkinan berasal dari Jawa atau Melayu kuno. Kata ini awalnya berbunyi 'ambhatik'. Kata ‘amba’ berarti kain yang lebar dan kata ‘tik’ artinya titik.
“Kemungkinan Melayu, sebab dalam bahasa Jawa Kuno tidak ditemukan kata ‘ambhatik’. Kata ‘ambhatik’ itu lebih muda usianya daripada kata ‘tik’ yang terdapat di Melayu Kuno,” ungkapnya.
Ambhatik merupakan motif titik yang digambar pada kain lebar, sehingga menghasilkan pola-pola yang indah. Awal mula pola ini pun tidak diketahui kapan pastinya.
Baca Juga:

Tetapi, dari catatan sejarah tertulis seperti prasasti Alasantan pada abad ke-10 Masehi diTrowulan, Mojokerto, kemungkinan, motif batik terinspirasi dari pola anyaman pada tembikar yang berasal dari masa prasejarah.
“Pada masa itu, bahan pakaian dibuat dari kulit kayu dan serat tumbuhan, maka motif batik masih sangat primitif. Pewarnaannya masih menggunakan manambul, yakni bahan pewarna alami yang menghasilkan warna gelap atau hitam,” jelas Hendaru.
Awalnya, batik hanya dipakai para keluarga raja dan bangsawan. Lalu turun ke masyarakat. Batik mulai mendapat pemaknaan baru ketika indonesia merdeka. Seiring dengan rumusan baru tentang apa itu identitas nasional, orang mulai mencari pula apa yang disebut pakaian nasional.
Identitas nasional itu meliputi banyak hal. Dari gagasan, kesenian, tindakan, hingga pakaian. Nah, saat Presiden Soeharto berkuasa, kebudayaan Jawa ini mendapat tempat yang sangat besar.
“Dia memilih batik sebagai representasi Indonesia. Dimulai dengan menjadikan batik untuk pakaian para pejabat Pemerintah dan anggota Golkar. Setelah itu, batik kembali jadi pakaian elit,” tutupnya. (scp)
Baca Juga:
Jangan Salah Kostum, Kenali Dulu Makna yang Terkandung Pada Motif Batik