Mandau dan Kreatifitas Olahan Tangan Tanpa Mesin

Minggu, 08 Mei 2016 - Zulfikar Sy

Merahputih budaya- Proses pembuatan pedang Mandau membutuhkan keahlian khusus dan jari jemari terampil yang berpengalaman. Sebab, dalam pembuatannnya, Mandau jarang sekali bersentuhan atau menggunakan mesin.

Pemilik Kumput Borneo's Heritage, Alit mengatakan proses pengerjaan Mandau dilakukan secara manual dan tidak sama sekali melibatkan mesin.

"Pembuatannya semuanya secara manual tidak menggunakan mesin," tutur Alit saat ditemui merahputih.com pada pameran, Pesta Wirausaha 2016 di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Selasa (3/5).

Sedikit menjelaskan, ia mengungkapkan cara pembuatan Mandau. Langkah pertama membuat bilah, kemudian menyiapkan baja atau besi sesuai dengan ukuran mandau yang akan dibuat.

Kemudian, membakar lempengan besi hingga merah menyala, baja tersebut ditempa menurut bentuk yang diinginkan. Lalu memasukkan lempengan besi ke dalam air dingin, lalu membakar dan menempanya kembali. Proses ini dilakukan berulang-ulang.

Langkah selanjutnya, menyepuh dan mengikir mandau untuk mendapatkan ketajaman yang diinginkan.

Untuk menghaluskan Mandau dan menghilangkan bekas pukulan sepuhan, Mandau kemudaian diketam. Lalu mengetok dengan betel baja untuk menera hiasan pada Mandau.

Alit mengaku untuk membuat sarung Mandau, bahan baku yang digunakan berasal dari kayu rengat. Karena kayu rengat sendiri memiliki ketahanan hingga empat kali lebih kuat dari kayu lin atau bahan yang lainnya. 

"Kayu rengat itu memiliki kayu corak alami. Kendalanya itu untuk proses pengukirannya agak rumit," terangnya.

Mandau merupakan salah satu karya khas budaya masyarakat Dayak, Kalimantan. Seperti halnya keris di Jawa, mandau juga memiliki karakteristik tersendiri serta nilai estetika dan simbol-simbol yang melekat dengan masyarakat dayak.

Bagi masyarakat dayak, Kalimantan, Mandau bukan saja senjata tajam yang di manfaatkan untuk melindungi diri dari serangan lawan atau musuh. Lebih dari pada itu, mandau mengandung makna simbolis yang mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat dayak.

Maka, tak mengherankan masyarakat dayak selalu membawa senjata tersebut kemana pun mereka bepergian. (Abi)

BACA JUGA:

  1. Mengenal Mandau Yang Sarat Dengan Makna Simbolis
  2. Pesona Danau Labuan Cermin di Kalimantan Timur
  3. Warga Eks-Gafatar Mengaku Betah di Kalimantan
  4. PT Chevron Putus Kontrak Blok EAST Kalimantan
  5. Barito Putera Dirikan Sekolah Olahraga di 13 Lokasi se-Kalimantan Selatan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan