Mandau dan Kreatifitas Olahan Tangan Tanpa Mesin


Kumput Borneo's Heritage (Foto: Johanes Abimanyu)
Merahputih budaya- Proses pembuatan pedang Mandau membutuhkan keahlian khusus dan jari jemari terampil yang berpengalaman. Sebab, dalam pembuatannnya, Mandau jarang sekali bersentuhan atau menggunakan mesin.
Pemilik Kumput Borneo's Heritage, Alit mengatakan proses pengerjaan Mandau dilakukan secara manual dan tidak sama sekali melibatkan mesin.
"Pembuatannya semuanya secara manual tidak menggunakan mesin," tutur Alit saat ditemui merahputih.com pada pameran, Pesta Wirausaha 2016 di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Selasa (3/5).
Sedikit menjelaskan, ia mengungkapkan cara pembuatan Mandau. Langkah pertama membuat bilah, kemudian menyiapkan baja atau besi sesuai dengan ukuran mandau yang akan dibuat.
Kemudian, membakar lempengan besi hingga merah menyala, baja tersebut ditempa menurut bentuk yang diinginkan. Lalu memasukkan lempengan besi ke dalam air dingin, lalu membakar dan menempanya kembali. Proses ini dilakukan berulang-ulang.
Langkah selanjutnya, menyepuh dan mengikir mandau untuk mendapatkan ketajaman yang diinginkan.
Untuk menghaluskan Mandau dan menghilangkan bekas pukulan sepuhan, Mandau kemudaian diketam. Lalu mengetok dengan betel baja untuk menera hiasan pada Mandau.
Alit mengaku untuk membuat sarung Mandau, bahan baku yang digunakan berasal dari kayu rengat. Karena kayu rengat sendiri memiliki ketahanan hingga empat kali lebih kuat dari kayu lin atau bahan yang lainnya.
"Kayu rengat itu memiliki kayu corak alami. Kendalanya itu untuk proses pengukirannya agak rumit," terangnya.
Mandau merupakan salah satu karya khas budaya masyarakat Dayak, Kalimantan. Seperti halnya keris di Jawa, mandau juga memiliki karakteristik tersendiri serta nilai estetika dan simbol-simbol yang melekat dengan masyarakat dayak.
Bagi masyarakat dayak, Kalimantan, Mandau bukan saja senjata tajam yang di manfaatkan untuk melindungi diri dari serangan lawan atau musuh. Lebih dari pada itu, mandau mengandung makna simbolis yang mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat dayak.
Maka, tak mengherankan masyarakat dayak selalu membawa senjata tersebut kemana pun mereka bepergian. (Abi)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Penyelundupan 96 Ribu Telur Penyu Digagalkan, Kerugian Ekologis Rp 9.6 M Berhasil Diselamatkan

Tahukah Kamu? Jika 70 Persen Pasokan Barubara Indonesia Berasal Dari Kalimatan!

Asik Nih! Ada Diskon 50 Persen dan 50 Gelaran Saat Ulang Tahun TMII di 19 - 20 April

Hari Pertama Lebaran, TMII Dikunjungi Nyaris 10 Ribu Pengunjung

TMII Merana Imbas Dedi Mulyadi Larang Study Tour Sekolah, Ratusan Kerja Sama Terpaksa Dibatalkan

Truk Semen Tabrak Jembatan Nasional Sampai Hancur, Perusahaan Dihukum Bangun Ulang

Pengunjung TMII Saat Libur Nataru Lebihi Target, Air Mancur Tirta Cerita jadi Primadona

Rekayasa Lalin di Monas Hingga Ragunan Saat Malam Pergantian Tahun

[HOAKS atau FAKTA]: 200 Kapal China Kumpul di Perairan Dekat Malaysia, Minta Pulau Kalimantan
![[HOAKS atau FAKTA]: 200 Kapal China Kumpul di Perairan Dekat Malaysia, Minta Pulau Kalimantan](https://img.merahputih.com/media/8e/c3/68/8ec368373b1f5bed8e9627aeb68c36e7_182x135.jpeg)
Menilik Asal Usul Bahasa Banjar, Cara Bertutur Masyarakat Kalimantan Tengah dan Timur
