Mampu Hadapi Badai Resesi, Indonesia Lebih Baik dari Malaysia dan Singapura

Senin, 22 Agustus 2022 - Zulfikar Sy

MerahPutih.com - Pandemi COVID-19 telah menghantam sendi kehidupan masyarakat yang juga berimbas pada sektor perekonomian. Akibatnya, banyak negara negara maju dunia berada di jurang resesi.

Apalagi, sekarang diperparah dengan perang antara Rusia dan Ukraina yang memberikan dampak buruk pada persoalan supply and demand berbagai kebutuhan pokok dunia.

Menanggapi isu tersebut, ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan bahwa negara ini mampu menghadapi badai dinamika resesi. Ia menganalisis perekonomian nasional relatif aman dan sedang menuju masa pemulihan pasca-pandemi.

Baca Juga:

Sidang Tahunan MPR: Bamsoet Ungkap Risiko Resesi Indonesia Sangat Kecil

"Masa depan ekonomi global memang sedang gelap, akibat ketidakpastian. Tetapi kendati demikian, kondisi Indonesia sebenarnya dapat dikatakan baik-baik saja," kata Piter melalui keterangan tertulisnya, Senin (22/8).

Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia triwulan II-2022 terhadap triwulan II-2021 tumbuh sebesar 5,44 persen year on year (YoY). Bank Indonesia (BI) menyatakan, peningkatan ini ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat, terutama konsumsi rumah tangga dan peningkatan kinerja ekspor.

"Dengan pertumbuhan 5,44 persen, kita sedang dalam proses pemulihan ekonomi, menuju perbaikan. Setidaknya kita lebih baik dari Malaysia dan Singapura," paparnya.

Sementara itu, Wealth Advisory Head Bank UOB Indonesia Diendy Liu mengatakan, meski Indonesia kuat terhadap kondisi ekonomi global saat ini, tapi ia menyarankan agar setiap individu waspada dengan cara mengelola keuangan dengan baik.

Baca Juga:

Perusahaan Startup Terimbas Resesi Global

Sebab menurutnya, salah satu cara agar publik tidak terkena dampak yang signifikan akibat tekanan ekonomi ialah dengan melakukan perencanaan keuangan yang baik di tengah situasi ketidakpastian ekonomi.

"Kita harus mengukur daya beli kita sebagai individu. Kita harus mulai pilah-pilah apa saja yang mau kita konsumsi. Ada yang disebut dengan penghasilan bersih setelah kita membayar pajak. Dari sana kita bisa mengalokasikan untuk kebutuhan pokok kita, antara sandang, pangan, papan, termasuk cicilan. Bagi yang sudah berkeluarga mungkin tambahan biayanya adalah pendidikan. Dari sana, pastikan kita masih punya sekitar 30 persen. Kemudian dari sisa 30 persen inilah kita bisa mengalokasikannya ke instrumen keuangan," terang Diendy.

Untuk masuk dalam kategori individu yang kuat menahan tekanan dinamika ekonomi saat ini, maka menurut Diendy, perencanaan keuangan dan membangun portofolio keuangan menjadi kuncinya.

Diendy menambahkan, publik mesti mengetahui instrumen keuangan berdasarkan ragam pilihan yang aman demi menghindari dampak dari ketidakstabilan yang dapat mengganggu ketahanan ekonomi individu. (Asp)

Baca Juga:

Pemerintah Harus Perkuat Sektor Pertanian Guna Hadapi Resesi Ekonomi

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan