Legenda Cinta Tipu Muslihat dan Patung Kutukan di Candi Prambanan
Jumat, 17 Maret 2017 -
Candi Prambanan atau Candi Sewu terletak di dua wilayah berbatasan yaitu Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dengan DI Yogyakarta. Nilai sakral candi Hindu yang terletak tepat di tapal batas itu terlihat dari tata cara pengunjung atau wisatawan melihat kemegahan candi tersebut.
Berdasarkan sejarah, bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan Dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha atau Siwalaya.
Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan Candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah Sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat Kompleks Candi Prambanan.
Namun, berdasarkan legenda masyarakat Jawa, candi ini memiliki kisah tragedi sebuah percintaan yang diselimuti tipu muslihat yang berujung sebuah kutukan, yang kemudian dikenal sebagai patung Roro Jonggrang. Ini pula yang menyebutkan nama lain dari Candi Prambanan, Candi Sewu atau bangunan Siawagrha ini sebagai Candi Roro Jonggrang.
Berdasarkan legenda masyarakat Jawa, sebelum adanya candi tersebut, ada seorang putri cantik bernama Roro Jonggrang, seorang putri dari kerajaan Baka, yang bertetangga dengan Kerajaan Pengging.
Serupa kerajaan-kerajaan zaman dulu, semua kerajaan ingin wilayahnya lebih luas, lebih berkuasa. Karenanya, Prabu Baka, seorang raksasa pemakan manusia sekaligus pemimpin Kerajaan Baka, melakukan penyerangan ke Kerajaan Pengging.
Nah, Kerajaan Pengging ini mengalami kerugian besar, karena banyak kehilangan harta dan banyak pula rakyatnya yang tewas dan menderita kelaparan. Sebagai balasannya, Bandung Bondowoso yang merupakan putra kerajaan Pengging berbalik menyerang. Dengan kesaktiannya, akhirnya Prabu Baka berhasil dibunuhnya. Mendengar berita kematian ayahnya, Roro Jonggrang pun meratap. Lalu.....
Setelah berhasil menguasai Kerajaan Baka, Bandung Bondowoso bertemu dengan Roro Jonggrang dan jatuh hati pada kecantikannya. Akan tetapi, Roro Jonggrang menolak ketika Bandung Bondowoso melamarnya. Jelas saja, lelaki yang melamarnya itu adalah pembunuh ayahnya dan penjajah negerinya, siapa pula yang bersedia?
Karena terus didesak, akhirnya Roro Jonggrang mengiyakan dengan syarat yang sulit, membuat sumur dan seribu candi dalam waktu semalam. Permintaannya pun dikabulkan. Sumur yang diinginkannya, selesai sudah. Sedangkan candi sudah berjumlah seribu, naris selesaia, tinggal satu lagi, yaitu sudah ada 999 candi. Dalam pengerjaan seribu candi dalam semalam ini, Bandung Bondowoso dibantu oleh jin dan makhluk halus lainnya.
Roro Jonggrang pun mulai panik. Akhirnya, dengan bantuan perempuan-perempuan desa dan dayangnya, Roro Jonggrang menumbuk padi dan membakar jerami seolah pagi sudah datang. Semua makhluk halus yang membantu Bandung Bondowoso pun akhirnya pergi sebelum menyelesaikan genap seribu candi pesanan Roro Jonggrang.
Setelah mengetahui bahwa ini adalah kecurangan Roro Jonggrang, dan hanya tipu muslihat, Bandung Bondowoso pun meradang, dan murka. Kemarahan Bandung Bondowoso tak terbendung, dan akhirnya Ia mengutuk Roro Jonggrang menjadi patung, yang menjadi bagian dari candi tersebut. Dan, kisah inilah yang dianggap menjadi asal mula beberapa situs bersejarah di Jawa, seperti Candi Prambanan, Keraton Ratu Baka, Candi Sewu, dan Arca Durga.
Namun, dari cerita legenda ini, ternyata banyak pelajaran yang bisa dipetik loh, Sahabat Merahputih. Terutama bagi para jomblo, untuk tidak memberikan harapan palsu kepada seseorang yang ingin berusaha mencintai.