LAIR Merayakan Perjalanan Melalui Album 'Ngélar'

Rabu, 28 Februari 2024 - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com – Kelompok musik berdendang ‘pantura-soul’ yaitu LAIR kembali dengan album penuhnya bertajuk Ngelar pada pertengahan Februari 2024. Dalam album kedua tersebut narasi sosial yang lebih dalam dan pokok bahasan yang lebih intim terlihat lebih jelas.

“Mereka banyak berbicara tentang ‘tanah’, karena sejarah kampung halaman mereka, Jatiwangi, sebagai produsen produk berbahan dasar tanah liat/terakota terbesar di negara tersebut. Hubungan mereka yang terjalin dengan ‘tanah’ sungguh tak ada bandingannya, bahkan instrumen mereka sebagian besar terbuat dari terakota,” tulis LAIR dalam keterangan resmi yang diterima MerahPutih.com, Selasa (27/2).

Baca juga:

Visualiasi 'Wanita Biasa' Seorang Ziva Magnolya

Lebih lanjut, dari membayangkan kembali kejayaan kampung halaman mereka di masa lalu, LAIR, bersama dengan penyanyi/penulis lagu Monica Hapsari (yang ikut menulis dan menyusun tiga lagu dalam album) dan Go Kurosawa (Kikagaku Moyo) yang memimpin proyek sebagai produser, bernyanyi tentang ritual dan tradisi panen, hingga memanjatkan doa kepada tanah subur dan reruntuhan hutan lebat di Jatiwangi.

Baca juga:

We Are Neurotic Kembali dengan 'Hyperservice'

Album Ngelar berisikan sepuluh lagu yang diantaranya adalah Tatalu, Pesta Rakyat Pabrik Gula, Tanah Bertuah, Hareeng, Boa-Boa, Bangkai Belantara, Kawin Tebu, Setan Dolbon, Gelombang Pemecah Malam, dan Mencari Selamat.

Kata Ngélar sendiri berasal dari budaya masyarakat setempat yang memiliki arti berkeliling untuk merayakan sesuatu.

Di desa mereka, ngélar berarti pertunjukan keliling, di mana para pemainnya bermain musik dan berkeliling desa, menyapa masyarakat sekitar, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, atau sekadar berada di lingkungan sekitar mereka, yang menunjukkan bahwa ada sesuatu di dekatnya yang sedang dirayakan. (far)

Baca juga:

Pernyataan Terbuka Leipzig Dalam Album 'Third Poetica Manifesto'

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan