Kuliner di Negeri Aing, Jeroan Jadi Primadona

Jumat, 05 Februari 2021 - Ikhsan Aryo Digdo

MAKANAN orang Indonesia memang bervariasi. Jeroan atau isi perut hewan pun jadi makanan favorit di negeri aing. Hal tersebut wajar di Indonesia meskipun tidak bagi negara lain.

Di negara luar orang-orang lebih mengutamakan penggunaan daging sapinya sebagai bahan baku makanannya dibandingkan bagian lain seperti isi perut.

Baca juga:

Menu Populer Negara Kumaha Aing: Sambalado Tanak Jariang (Jengkol) asal Padang

Seperti di Australia, jeroan sapi dianggap sebagai bahan atau produk sampingan, sehingga dijual dengan harga yang sangat rendah. Bahkan, di beberapa negara jeroan dianggap sebagai ‘Sampah’, sehingga digunakan untuk makanan hewan.

Jeroan daging sapi, kambing, atau ayam, seperti paru, usus, hati atau ampela, menjadi bahan makanan favorit di negara kita. Jeroan di Indonesia dapat disulap dan diolah dengan cara digoreng sampai dipepes.

Beberapa menu makanan berbahan dasar jeroan memiliki sejarah dibaliknya. Seperti beberapa makanan di Jawa. Pada masa penjajahan daging adalah makanan yang dianggap sangat ‘mewah’ dan hanya bisa dinikmati oleh bangsa kolonial dan kalangan priayi.

Baca juga:

Makanan Tahok Khas Negeri Aing,Berasal dari Etnis Tionghoa

Hal ini membuat masyarakat pribumi yang tidak menikmati daging, menciptakan sajian sederhana dari bahan pangan. Mereka memilih untuk menggunakan jeroan sapi. Bagi bangsa kolonial dan kalangan priayi jeroan dianggap sebagai limbah pangan.

Konsumsi jeroan berlebihan tidak baik bagi tubuh. (Foto: Unsplash/gang coo)

Walaupun banyak sajian kuliner daerah dengan bahan dasar jeroan sangat nikmat untuk dinikmati, tetapi jangan berlebihan dalam mengonsumsinya ya. Jeroan dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kolesterol atau asam urat.

Meski bisa memicu beberapa penyakit dari konsumsi yang berlebihan, menu kuliner daerah dengan berbahan dasar jeroan memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Sehingga, harga jeroan bisa jadi tinggi.

Bahkan karena permintaan jeroan yang tinggi di Indonesia, beberapa negara luar memanfaatkan fenomena ini untuk mengimpor jeroan ke dalam negeri. Di 2015, hal ini membuat Menteri pertanian RI saat itu, Amran Sulaiman untuk secepat mungkin menutup impor jeroan.

Fenomena impor jeroan tersebut dianggap meremehkan bangsa Indonesia. Alasannya karena di luar negeri jeroan dijadikan pakan untuk binatang tersebut. (kna)

Baca juga:

Kuliner Negeri Aing, Bubur Ase Bercita Rasa 3 Budaya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan