Kolaborasi BRIN-Korea Olah Limbah Makanan Jadi Energi

Rabu, 25 September 2024 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM - INDONESIA menghasilkan limbah makanan mencapai 25 ton. Sayangnya, baru 7,5 dari jumlah itu yang diolah lewat mekanisme pengomposan. Padahal, limbah makanan berpotensi diubah menjadi energi.

Dengan memahami bahwa riset pengelolaan limbah sangat penting untuk mendukung pelestarian lingkungan dan sebagai bahan energi terbarukan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Gyeongnam International Development Cooperation Center (GNIDCC) dan Korea International Cooperation Agency (KOICA) menjajaki potensi kerja sama riset pengelolaan limbah makanan menjadi energi.

"Riset ini dilatarbelakangi adanya potensi limbah air domestik yang sangat besar di Indonesia. Namun, di satu sisi proses pengelolaannya masih sangat terbatas. Maka itu, teknologi alternatif sangat diperlukan baik dalam skala aktivitas usaha maupun individual," kata Kepala Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN Ario Betha Juanssilfero, seperti dilansir ANTARA, Rabu (25/9).

Ario menyebut pengelolaan limbah dengan baik dapat membuka berbagai peluang, termasuk mengubahnya menjadi energi. Untuk itulah, menurutnya, diperlukan riset dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk dapat mewujudkannya. Pertemuan BRIN dengan GNIDCC dan KOICA menjadi salah satu upaya dalam bidang kerja sama riset dalam bidang energi hijau, terutama pengelolaan limbah makanan.

Baca juga:

Fenomena ‘Bulan Kembar’, BRIN Ungkap Faktanya



Perwakilan GNIDCC Kim Kwan-young mengatakan, pada 2021, limbah di Indonesia mencapai 63,9 juta ton. Jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah di masa depan. Polusi akibat limbah organik bahkan akan menjadi masalah yang meluas dalam pengelolaan limbah. "Indonesia saat ini memproduksi 25,4 juta ton limbah makanan dan 10,9 juta ton limbah hijau. Sayangnya, hanya 7,5 persen limbah organik tersebut yang telah terkelola melalui mekanisme pengomposan," ujarnya.

Padahal, kata Kwan-young, limbah makanan yang belum dipisahkan dan dikelola dapat menyebabkan berbagai polusi, seperti kontaminasi tanah dan air serta mengakibatkan gas rumah kaca. "Untuk itu, program peningkatan kapasitas dan teknologi sangat diperlukan untuk mewujudkannya," ucap Kwan-young.

Kolaborasi bersama BRIN ini akan membahas kerja sama lebih lanjut dalam pengelolaan limbah menjadi energi atau dikenal sebagai waste to energy (WtE). Pertemuan tersebut juga membahas pengembangan teknologi dan kebijakan terkait dengan transformasi hijau, mitigasi perubahan iklim, serta manajemen ekosistem industri yang berkelanjutan.(*)

Baca juga:

Kampanye Piring Bersih di Tiongkok Jadi Upaya Atasi Isu Limbah Makanan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan