Kemacetan di Jakarta Sebabkan Kerugian Rp 100 Triliun, Korlantas: Efeknya Gangguan Kesehatan
Kamis, 21 November 2024 -
MerahPutih.com - Stigma kemacetan lalu lintas nampaknya sudah melekat pada Jakarta. Bahkan, jumlah uang yang hilang akibat kemacetan yang terjadi hampir setiap hari, terhitung tak sedikit.
Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri Brigjen Bakharuddin menyebut, kemacetan yang sering terjadi di Jakarta menyebabkan kerugian sangat banyak.
“Satu tahun kurang lebih Rp100 triliun, satu tahun di Kota Jakarta,” kata Bakharuddin di Jakarta dikutip, Kamis (21/11).
Bentuk kerugian salah satunya yakni kesehatan karena polusi udara. Akibatnya, banyak warga yang berobat ke rumah sakit karena persoalan infeksi di paru-paru. Ia mencontohkan saat menjabat di Polda Metro Jaya.
Setiap pekan, kata dia, anggota polantas yang bertugas di lapangan cek kesehatan. Banyak anggotanya yang mengalami persoalan paru-paru akibat polusi yang tinggi.
“Kami setiap minggunya anggota lalu lintas yang di jalanan itu kita cek kesehatannya, luar biasa. Dampak paru-parunya, dampak dari ginjalnya dan sebagainya, cuci darah,” katanya.
Baca juga:
Kerugian Kesehatan Akibat Kemacetan di Jakarta Capai Rp 60 Triliun
Senior General Manager Jasa Marga Metropolitan Regional, Widiyatmiko Nursejati mencontohkan, volume lalu lintas harian terbesar yang juga terletak di wilayah Jabotabek dengan angka 2,50 juta kendaraan per hari atau 71 persen dari total lalu lintas harian di wilayah Jasa Marga Group.
Tol yang paling padat pun terletak di Tol Dalam Kota dengan 543.535 kendaraan per hari.
"Ruas Dalam Kota memiliki total LHR tertinggi dengan 543 ribu kendaraan/hari, ruas Japek 448 ribu kendaraan/hari, dan Jagorawi 420 ribu kendaraan/hari," jelas dia.
Baca juga:
Atasi Kemacetan Jakarta, Dharma Saran Cabut Lampu Merah dan Separator
Sementara itu, Ketua Tim Kelompok Substansi Rekayasa Lalu Lintas Ditjen Perhubungan Darat, Ahmad Andriansyah, menyebut bahwa urbanisasi berdampak pada kemacetan lalu lintas dan berdampak negatif terhadap produktivitas perkotaan.
"Pada 2045, 230 juta penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan. Berbeda jauh dengan 2015 di mana 135 juta penduduk yang tinggal di perkotaan," kata Andriansyah.
Akibatnya, menurut data dari TomTom Traffic Congestion Index, Jakarta menjadi kota dengan kemacetan tertinggi di antara 18 kota besar di seluruh dunia, lebih dari kota-kota seperti Bangkok, Thailand, Mexico City, Meksiko, serta Lima, Peru.
"Total biaya kemacetan lalu lintas pada 28 wilayah di Indonesia mencapai angka USD4 miliar atau setara dengan 0,5 persen PDB nasional per tahun. Sementara itu untuk wilayah Jakarta, kerugiannya sebesar USD2,6 miliar," terangnya.
Baca juga:
Solusi RK Atasi Kemacetan Jakarta: Perbanyak Hunian Vertikal Hingga WFH
Mengatasi kemacetan bisa dilakukan dua strategi, yakni push strategy mendorong masyarakat berkontribusi dalam penurunan kemacetan dengan mematuhi kebijakan yang ada.
Serta pull strategy, untuk menarik masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan kendaraan umum.
"Push strategy, manajemen ruang dan waktu akses kendaraan pribadi dan pull strategy penyediaan fasilitas angkutan perkotaan," tuturnya. (Knu)