Intip Satelit Serbaguna Hasil Kolaborasi PSNT dan AIIB

Jumat, 13 Agustus 2021 - Ikhsan Aryo Digdo

KETIKA pandemi merajalela, sampai berlakunya PPKM level 4, koneksi internet bagaikan penyelamat. Sayang, kemudahan itu belum dapat dirasakan warga yang berada di pelosok Indonesia.

Karenanya, pemerintah berperan dalam ikatan kolaborasi, antara perseroan PT Satelit Nusantara Tiga (PSNT) dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), membentuk satelit serbaguna.

Baca juga:

45 Tahun Sudah Satelit Indonesia A1 Mengorbit

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), menyambut dengan tangan terbuka ikatan kerjasama antar dua perseroan tersebut. AIIB dijadwalkan bergerak sebagai fasilitator koneksi, sedangkan PSNT didapuk jadi pengembang, yakni meluncurkan dan mengoperasikan satelit serbaguna itu.

Proyek tidak digarap Indonesia saja, tapi ada bantuan tidak langsung dari negara lain. (Foto: Multifunctional Satellite PPP)

Kolaborasi tersebut sejalan dengan rencana kementerian menggapai kebutuhan satelit sebesar satu 'Terabyte.' Nantinya, satelit tersebut akan membantu kementerian melancarkan program Siberkreasi atau gerakan literasi digital yang diusung Mei 2021.

Di samping literasi digital, satelit serbaguna ditargetkan raih 45 juta penduduk domisili terpencil ataupun perbatasan.

Baca juga:

Satelit Baru NASA untuk Lacak Kenaikan Air Laut

"Proposal sebagai dukungan kepada Republik Indonesia, mencapai 149 ribu titik layanan sampai wilayah terpencil. Jalan keluar hampir 94 ribu sekolah belajar daring, serta insentif internet untuk tiga ribu pusat kesehatan," ungkap Kepala Bidang Investasi AIIB, Asim Rana dalam sebuah webinar, Kamis (12/8).

Perjanjian tiga pihak ini menjadi pertama kalinya. Meskipun begitu, tahap pengerjaan terkini baru mencapai 30-35 persen per 12 Agustus 2021 karena adanya kendala di lapangan.

Perjanjian tiga pihak ini menjadi pertama kalinya. (Foto: Istimewa)

Pimpinan PT Satelit Nusantara Tiga, Adi Rahman Adiwoso, mengungkapkan persoalan yang dihadapi pihak operator. "Tantangan utama adalah akuisisi lahan. Tidak bisa dilakukan di Kalimantan, karena tanahnya penuh gambut. Selain itu, kami khawatir dengan chip dan peladen yang tersedia,” ungkap Adi yang juga hadir pada pertemuan virtual di platform Zoom itu.

Proyek ini tidak diinisiasi sendiri oleh Indonesia, melainkan juga mendapat bantuan tidak langsung dari negara internasional. Contohnya satelit ciptaan Grup Thales Prancis, dan peluncur sumbangan SpaceX rintisan Elon Musk.

Satelit serbaguna ini memiliki satu misi, yaitu beroperasi menyeimbangkan koneksi internet di pelosok Indonesia baik perkotaan, pedesaan, maupun perbatasan. Sebab, meratanya koneksi internet memotivasi produk domestik dan inovasi teknologi, sehingga aktivitas digital diharapkan maju dan berkembang. (bed)

Baca juga:

SpaceX Habiskan Uang Triliunan Tiap Bulan Demi 120 Satelit

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan