Ini Masjid Tertua di Cirebon
Sabtu, 28 Desember 2019 -
MUNGKIN banyak yang mengira bahwa Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah masjid tertua di Cirebon. Namun, ternyata ada satu masjid lagi yang lebih tua usianya, yakni Masjid Pejlagrahan.
Masjid ini terletak tidak jauh dari Keraton Kesepuhan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa, tepatnya berada di Jalan Mayor Sastraatmaja Kelurahan Kasepuhan, Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Untuk menuju ke masjid ini, harus melalui gang kecil. Sehingga, tidak terlihat dari jalan raya.
Baca juga:
Cikal bakan Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Keberadaan Masjid Pejlagrahan ini sangat penting dalam penyebaran agama Islam, terutama dalam pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Karena di sinilah, para Wali berkumpul untuk memprakarsai pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Menurut pengurus Masjid Pejlagrahan, Asep Syarifudin, Masjid Pejlagrahan dibangun oleh Pangeran Walangsungsang pada tahun 1415, atau 65 tahun sebelum Masjid Agung Sang Cipta Rasa berdiri. Nama Pejlagrahan sendiri berarti peristirahatan atau persinggahan.
"Karena di sinilah dulunya dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi orang-orang asing yang datang," tuturnya Jumat (27/12).
Dulunya, wilayah Kesepuhan merupakan daerah pesisir pantai. Sekitar masjid ini masih alang-alang. Bahkan Keraton Kesepuhan masih belum ada. Kemudian, para Wali datang dan menjadikan Masjid Pejlagrahan sebagai tempat berkumpul untuk perencanaan pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Baca juga:
Mengalami pemugaran

Bangunan asli Masjid Pejlagrahan hanyalah berukuran 8x6, dengan memiliki 3 buah pintu, yakni pintu utama dan 2 pintu kiri dan kanan. Tapi sekarang, hanya dua pintu saja yang masih dipertahankan dan satu yang ada di kanan ditutup.
"Karena kecil, maka masjid ini dulunya hanya disebut Tajug Pejlagrahan," jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, bangunan masjid direnovasi. Terakhir, renovasi dan perluasan area masjid dilakukan pada tahun 1995. Tujuannya agar lebih kokoh dan mampu menampung banyak jamaah. "Tapi di sini hanya untuk solat 5 waktu dan tarawih saja. Solat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa," pungkasnya.
Baca juga:
Belajar Sejarah dari Bungker Belanda di Majalengka
Ada bagian yang masih dipertahankan

Sekilas, bangunan masjid ini tidak tampak seperti bangunan tua. Karena, bangunannya mengalami renovasi, namun tidak mengubah bentuk aslinya. Tembok-tembok bata merah khas bangunan zaman dulu, dilapisi keramik supaya lebih kuat.
Asep mengatakan penambahan keramik tersebut dilakukan karena tembok-temboknya mulai lapuk. Meskipun begitu, terdapat beberapa bagian masjid yang masih dipertahankan.
"Seperti mimbarnya yang terbuat dari kayu jati, pintu kecil masjid, serta tiang-tiang atau saka dan ukirannya. Lalu, ada naskah kuno yang bertuliskan huruf Arab, namun berbahasa Jawa, yang dipajang di salah satu tiang saka," jelasnya.
Baca juga:
Tulisan dari Mauritz kontributor merahputih.com untuk wilayah Cirebon dan sekitarnya.