Industri Musik Perlu Strategi Hadapi Hibrida di 2022

Selasa, 04 Januari 2022 - Andreas Pranatalta

INDUSTRI musik Indonesia mengalami perkembangan positif di masa pandemi. Hal ini terlihat dari meningkatkan jumlah pemakai aplikasi streaming musik, konser hibrida, dan meningkatnya produktivitas musisi.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta pihak aplikasi streaming musik Resso sepakat akan pentingnya kolaborasi dan kejelian mengatur strategi dalam menghadapi era hibrida di 2022. Direktur Musik, Film, dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mohammad Amin mengatakan pandemi tidak menyurutkan proses kreatif dalam berkarya, mendistribusikan, maupun mengonsumsi musik.

“Tantangannya terletak pada bagaimana mengedukasi masyarakat untuk mengadopsi teknologi yang terus berkembang. Pemerintah akan mengupayakan produk hokum untuk melindugi pelaku industri musik yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi,” ujar Amin mengutip laman ANTARA, Senin (27/12).

Baca juga:

3 Musisi Kulit Hitam yang Mampu Mengambil Alih Industri Musik 2021

Industri Musik Perlu Strategi Hadapi Hibrida di 2022
Layanan streaming berperan penting dalam penyelenggaraan acara hibrida. (Foto: Unsplash/Filip Havlik)

Amin memaparkan, Anugerah Musik Indonesia (AMI) yang berlangsung bulan lalu, menerima 4.645 karya. Angka tersebut meningkat dibandingkan 2020 yang menerima 2.971 karya. Selain itu pada Juni 2020, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki nilai pasar streaming musik terbesar di dunia, menduduki posisi ke-18.

Amin menekankan bahwa layanan streaming berperan penting dalam penyelenggaraan acara hibrida yang mampu menjangkau penonton di luar area luring.

Di sisi lain, Dahlia Wjiaya selaku Country Director Believe Indonesia tetap berharap akan lebih banyak acara musik luring yang diselenggarakan tahun depan.

“Pasti ada euforia pra dan pasca-konser yang membuat orang ingin mendengarkan lagi lagu-lagunya, sehingga akan meningkatkan streaming. Menyimpan kenangan dari kehadiran di konser dan membaginya melalui media sosial juga memberikan dampak yang akhirnya akan memberikan pendapatan lebih bagi para artis,” ujar Dahlia.

Baca juga:

Roby Geisha, Industri Musik Tidak Mati Karena Pandemi COVID-19

Industri Musik Perlu Strategi Hadapi Hibrida di 2022
Industri musik mulai beradaptasi. (Foto: Unsplash/Gabriel Benois)

Senada dengan Dahlia, CEO Juni Records Andryanto juga mengatakan pertunjukkan luring akan memberikan manfaat bagi seluruh pihak.

“Adanya pertunjukkan offline di masa depan akan memberikan manfaat bukan saja bagi para artis, tapi juga memberikan pendapatan bagi seluruh elemen dalam ekosistem industri musik,” katanya.

Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia dan CEO Berlian Entertainment Dino Hamid yang belum lama ini menggelar Drive-in Concert mengatakan bahwa adaptasi, inovasi, dan kolaborasi merupakan kunci untuk menerapkan cara baru dalam melakukan usaha.

“Sayangnya, model bisnisnya masih belum ideal mengingat perlu investasi besar untuk menyertakan anggaran protokol kesehatan. Selain itu, pihak sponsor juga belum bisa memberikan kepastian,” tutup Dino. (and)

Baca juga:

Satu Tahun Pandemi, Ketika Pelaku Industri Musik Indonesia Harus Bertahan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan