Hasil Survei Pasangan Hasanah Diprediksi Jadi Kuda Hitam pada Pilgub Jabar
Minggu, 27 Mei 2018 -
MerahPutih.Com - Pemilihan gubernur (Pilgub) Jabar masih dalam tahap kampanye. Menjelang pencoblosan pada tanggal 27 Juni nanti, keempat pasangan calon bersaing ketat merebut suara warga Jawa Barat.
Sejak awal deklarasi hingga memasuki tahap akhir kampanye, terdapat sejumlah perubahan sebaran dukungan. Berdasarkan hasil survei ILMA Research and Consulting elektabilitas pasangan Tubagus Hasanuddin dan Anton Charilyan (Hasanah) meningkat signifikan setelah debat kedua Pilgub Jabar beberapa waktu lalu.
Lembaga survei ILMA dalam keterangan persnya di Jakarta Minggu (27/5) elektabilitas pasangan Tubagus Hasanuddin dan Anton Charliyan berdasarkan hasil survei yang dilakukan ILMA Research and Consulting menjadi 19,5 persen.
Direktur Eksekutif Eksplorasi Dinamika dan Analisis Sosial (EDAS) Wawan Gunawan menilai hasil survei tersebut menunjukkan elektabilitas pasangan Hasanah trennya meningkat dan bukan mustahil dapat menjadi kuda hitam pada Pilgub Jabar.
Menurut Wawan, jika mesin partai dan para elite PDI Perjuangan maupun partai pengusung lainnya serius, bukan tidak mungkin pasangan Hasanah menjadi kuda hitam.
"Yang paling penting adalah elite dan mesin partai pengusung sungguh-sungguh bekerja. Menaikkan elektabilitas, tidak bisa hanya mengandalkan pada kerja pasangan calon saja," katanya.
Menurut Wawan, kerja keras dan gotong royong adalah kunci keberhasilan pasangan Hasanah mempertahankan tren positif peningkatan elektabilitas.
Ideologi gotong royong yang selama ini diusung oleh PDI Perjuangan, kata dia, diuji pada pilkada ini.
"Kalau PDI Perjuangan masih konsisten dengan ideologi gotong royong, Hasanah bisa menang," katanya.
Pengajar pada Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Bandung ini menambahkan bahwa waktu kampanye yang hanya tersisa 30 hari, cukup bagi Hasanah untuk terus meningkatkan elektabilitasnya.
"PDI Perjuangan harus mendorong mesin partai dan semua komponen untuk memenangkan Hasanah, harus bekerja habis-habisan," katanya.
Wawan juga mengingatkan sebanyak 31 juta pemilih di Jabar itu mayoritas rakyat kecil (wong cilik), segmen masyarakat yang paling diperjuangkan PDI Perjuangan sehingga sikap kegotongroyongan juga dibangun di tengah sebagian besar rakyat Jabar.
Kalau PDI Perjuangan menerapkan ideologi gotong royong pada Pilgub Jabar, menurut dia, tidak menutup kemungkinan Hasanah bisa menyalip pasangan lainnya.
"Pasangan calon lain yang sudah merasa lebih unggul, tentu ada kelemahannya, di antaranya sudah tidak ngotot berjuang lagi," katanya.
Wawan melihat pasangan Hasanah meningkat elektabilitasnya setelah debat kedua pilkada karena pasangan ini memiliki program kerja jelas dan realistis untuk diterapkan.
"Masyarakat Jawa Barat lebih mudah mencernanya," katanya.
Hasil survei ILMA Research and Consulting yang dilakukan pada tanggal 15 s.d. 20 Mei 2018, menunjukkan tiga pasangan cagub-cawagub Jawa Barat pada pilkada 2018 bersaing ketat dengan selisih elektabilitas yang tipis.
Ridwan Kamil/Uu Ruzhanul Ulum (Rindu) elektabilitasnya 28,63 persen, Deddy Mizwar/Dedi Mulyadi (2D) 27,88 persen, Tubagus Hasanuddin/Anton Charliyan (Hasanah) 19,50 persen, dan Sudrajat/Ahmad Syaikhu (Asyik) 5,13 persen, sedangkan yang menjawab tidak tahu atau tidak menjawab 18,88 persen.
Pada debat kedua pilkada yang disiarkan langsung melalui stasiun televisi, pemirsa memilih pasangan Hasanah 16,63 persen, 2D 15 persen, Rindu 14,13 persen, serta Asyik 9,13 persen.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: YLPK Jatim Kritik Maraknya Parkir Liar Tanpa Karcis di Surabaya