Gunung Padang di Cianjur, Megahnya Situs Megalitikum Kembaran Machu Picchu di Peru

Selasa, 04 Desember 2018 - Dwi Astarini

JIKA Peru punya Machu Picchu, Cianjur di Jawa Barat punya kembarannya, situs Gunung Padang. Situs megalitikum Gunung Padang menggemparkan Tanah Air pada 2013 lalu. Tak hanya itu, susunan bebatuan megalitik di Gunung Padang juga menarik perhatian banyak arkeolog. Bahkan ada yang membuat gambar rekonstruksi Gunung Padang yang tampak amat mirip dengan situs Warisan Dunia UNESCO, Machu Picchu di Peru.

1. Membentang luas di dataran tinggi lintasan gunung berapi

situs gunung padang
Luas situs Gunung Padang diperkirakan mencapai 3 hektare. (foto: Instagram @_andreasjonas)

Situs megalitikum Gunung Padang terletak di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Lokasinya berada ketinggian 885 mdpl.

Situs Gunung Padang merupakan kompleks kebudayaan megalitikum yang sangat besar. Luas kompleks bangunan kurang lebih 900 meter persegi. Diperkirakan, luas areal situs ini berkisar 3 hektare. Luasan itu menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.

Saat pertama kali ditemukan, warga sekitar mengira situs ini berdiri di atas sebuah bukit. Namun, setelah penelitian lebih jauh, Situs Gunung Padang ternyata memilik ketinggian 100 meter per lapis. Rupanya, candi yang dikira berdiri di atas bukit merupakan puncak sebuah piramida. Saking luasnya, jika ditotal, Situs Gunung Padang 10 kali lebih luas ketimbang Candi Borobudur.

2. Menarik perhatian para ahli arkeologi

situs gunung padang
Piramida Gunung Padang bahkan lebih tua daripada yang di Mesir. (Foto: Instagram @kang.dei)


Kemunculan situs Gunung Padang telah mengubah sudut pandang dunia mengenai pusat peradaban dunia. Selama bertahun-tahun, tercatat bahwa bangsa Mesopotamia di Mesir yang jadi pionir peradaban manusia di dunia. Namun, ketika uji karbon atas bebatuan di Gunung Padang menyebut bahwa situs ini berasal dari era 9.000 hingga 20.000 tahun silam, perhatian para arkeolog pun teralihkan.

Penanggalan atas situs ini bermakna bahawa piramida Gunung Padang telah ada 6.000 tahun sebelum Raja Tut membangun piramida-piramida di Mesir. Itulah yang menjadikan situs Gunung Padang sebagai piramida tertua di dunia.

Memang, jika dilihat dari bentuknya, situs Gunung Padang terkesan sangat tua. Vegetasi alam di seluruh permukaan kompleks dibungkus oleh batu-batuan vulkanis purba yang membentuk punden berundak. Untuk menuju punden berundak yang memiliki 5 teras tersebut, ada dua jalur pendakian. Kamu bisa mendaki tangga batu yang merupakan tangga asli hasil penggalian atau meniti tangga semen.

3. Cara mencapai lokasi

situs gunung padang
Nikmati mendaki menuju puncak situs. (foto: Instagram @kang.dei)

Untuk mencapai situs megalitikkum yang mengagumkan ini, kamu bisa berkendara dari Jakarta ke Jalan Raya Puncak hingga tiba di Cianjur. Kamu bisa menggunakan bus atau mobil untuk mencapai destinasi ini. Jalan yang tersedia ke lokasi pun sudah memadai.

Tak sulit mencari jalur menuju situs ini dari pusat Kota Cianjur. Kamu tinggal mencari Jalan Gunung Padang. Di jalan itu, kamu akan menemui papan penunjuk jalan bertuliskan 'Situs Megalitikum Gunung Padang'. Meskipun demikian, kamu tetap harus memperhatikan jalan dengan seksama mengingat papan petunjuk yang berukuran relati kecil.

Perjalananmu ke situs ini akan terasa menyenangkan. Pemandangan hijau dari rimbunnya kebun teh dan pegunungan yang masih diselimuti kabut tipis akan menemanimu. Jika cukup berjiwa petualang, kamu bisa menikmati biking atau bersepeda ke situs ini.

Untuk menuju puncak situs, kamu harus mendaki selama 20 menit melalui jalan setapak. Di teras pertama dan yang paling luas, kamu akan disambut sebuah pohon besar.

Makin ke atas hingga menuju puncak, ukuran teras kian mengerucut sebagai simbol hierarki masyarakat di masa lalu.


4. Destinasi terbaik untuk mengenal majunya peradaban Nusantara di masa lalu

situs gunung padang
Mengunjungi situs Gunung Padang agar lebih kenal peradaban purba Tanah Air. (foto: Instagram @krischandraa)


Sejak ramai dikenal publik, situs megalitikum Gunung Padang telah memantik banyak kontroversi. Terlepas dari itu semua, destinasi ini wajib banget kamu kunjungi untuk menambah wawasan tentang betpa majunya peradaban Nusantara di masa lalu.

Saat berdiri di tengah luasnya situs ini, kamu seperti diajak ke padang di zaman batu, zaman nenek moyang kita. Di Teras 1, kamu akan melihat pemandangan luar biasa. Teras 1 berada di sebuah puncak bukit, di sekitarnya, bebatuan terhampar unik di tanah berundak. Deretan gunung dan pepohonan asri berjejer di kanan dan kiri, sangat memanjakan mata.

Jangan berhenti di sana. Teruslah menjelajah hingga Teras 5 di puncak. Dalam perjalanan, kamu akan bisa mempelajari bahwa situs Gunung Padang dibangun dengan teknologi yang maju pada zamannya. Temuan semen purba yang digunakan sebagai perekat dan isian batu pada situs ini jadi buktinya.

Semen purba di situs Gunung Padang merupakan campuran dari tanah liat, besi, dan silika. Dari hasil temuan diketahui bahwa semen yang digunakan untuk merekatkan batu-batuan di situs mengandung kadar besi hingga 45%. Padahal, temuan-temuan semen purba sebelumnya biasanya hanya mengandung semen dengan kadar berkisar 3%-4%.

Tak hanya maju dalam teknologi pembangunan, situs Gunung Padang juga sarat budaya animisme. Para ahli meyakini situs ini dibangun tepat berhadapan dengan Gunung Gede yang menjulang di depannya. Animisme yang dianut nenek moyang kita mempercayai bahwa roh leluhur bersemayan di tempat-tempat tinggi. Oleh karena itulah, mereka membangun punden berundak di puncak gunung untuk menghormati nenek moyang.


5. Aturan saat berkunjung

situs gunung padang
Boleh berfoto di lokasi, tapi tetap sopan ya. (foto: Instagram @sitanindyaswari)


Mengingat destinasi ini merupakan situs purbakala yang masiih aktif diteliti, kamu akan diminta untuk amat berhati-hati dan tidak merusak susunan batu yang ada. Meskipun demikian, kamu masih boleh kok berfoto di sekitar lokasi, mengabadikan indahnya puncak situs Gunung Padang.

Selain itu, sesuai dengan kepercayaan warga sekitar yang menganggap situs ini sebagai tempat leluhur, kamu diminta untuk berbicara dan berlaku sopan. Hormatilah lingkungan sekitar agar tidak tejadi situs. Yang utama, kamu jangan membuang sampah sembarangan. Sudah seharusnya situs berharga dijaga dengan baik kan.(dwi)

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan