'Emily in Paris' Membeli Nominasi Golden Globes Awards?

Jumat, 26 Februari 2021 - Dwi Astarini

AWAL bulan ini, serial 'Emily in Paris' masuk dua nominasi Golden Globes. Drama Netflix yang dibintangi Lily Collins itu mendapat anggukan pada kategori 'Best Comedy Series or Musical' dan Aktris Terbaik untuk Collins. Sayangnya, berita tersebut tidak disambut antusias oleh penggemar dan kritikus film.

Banyak warganet yang dibuat bingung terutama melihat ulasan dramanya yang tidak terlalu menganggumkan. Mereka merasa drama berjumlah 10 episode itu tidak layak mendapatkan nominasi. Tak sedikit yang merasa bahwa acara lain seperti 'I May Destroy You, 'Never Have I Ever', atau 'Zoey's Extraordinary Playlist' lebih pantas mendapatkannya.

BACA JUGA:

Netflix Siapkan Dana Besar untuk Kuasai Konten Korea

Baru kemudian terungkap ada sesuatu yang mencurigakan mengenai alasan di balik pemilihan ini. Berdasarkan laporan terbaru dari 'Los Angeles Times', kreator dan produser acara TV itu diduga menyuap 30 'voters' Golden Globes. Hasil investigasi menyebutkan bahwa Paramount Networks, studio di balik 'Emily in Paris' memberikan hadiah pada anggota Hollywood Foreign Press Association (HFPA), organisasi di balik ajang penghargaan Golden Globes. Kabarnya, ketiga puluh anggota HFPA dikirimkan dalam sebuah perjalanan mewah ke Prancis pada 2019 lalu.

Kemudian mereka membayar biaya penginapan dua malam di hotel bintang lima bernama Peninsula Paris. Harga kamarnya dipatok mulai dari sekitar US$1400 (Rp20 juta) per malam. Selain itu, produser juga mendapatkan konferensi pers serta makan siang di Musee des Arts Forains, sebuah museum pribadi yang dipenuhi dengan wahana permainan. Seorang sumber anonim menyebutkan bahwa para 'voters' itu diperlukan bak raja dan ratu ketika sedang berada di sana.

golden globes
Paramount Networks dituduh menyuap anggota HFPA supaya Emily in Paris masuk nominasi. (Foto Britannica)

Sedangkan salah satu anggota HFPA yang tidak ikut dalam perjalanan menyatakan bahwa 'Emily in Paris' memang sebenarnya tidak termasuk dalam daftar proyek terbaik tahun 2020. "Itu adalah contoh mengapa kita butuh perubahan. Jika kami terus melakukan ini, kami mengundang kritik dan cemoohan," ujarnya.

Menanggapi tuduhan tersebut, orang yang dekat dengan kru 'Emily in Paris' mengatakan bahwa rumor tersebut tidak etis. "Tidak adil jika mengatakan konferensi adalah alasan mengapa nominasi muncul. Faktanya, beberapa publikasi terkemuka memang memperkirakan 'Emily in Paris' dan Lily Collins akan dinominasikan," katanya pada laman 'Insider'.

emily in paris
Kreator dan produser Emily in Paris dikabarkan membayar biaya penginapan 30 anggota HFPA di hotel bintang lima Peninsula. (Foto Peninsula Hotels)

Menurutnya, 'Emily in Paris' sesuai dengan indikator yang dicari HFPA dalam nominasinya. Ia juga mengklaim bahwa serial itu harus didukung dan diakui karena salah satu drama yang sangat populer dan sukses.

Orang itu juga menyanggah beberapa tuduhan yang dilontarkan 'LA Times'. Alih-alih menerbangkan HFPA ke Paris, Paramount Network hanya bekerja sama dengan organisasi tersebut dan masih mengikuti pedoman serta aturan yang berlaku. Sementara mengenai kamar hotel yang disediakan untuk HFPA bukan senilai US$1.400, melainkan 30 kamar bertarif US$944 (Rp13,5juta) dan tiga sisanya bernilai US$1.000 (Rp14,3juta).

emily in paris
Menurut sumber anonim tuduhan LA Times tidak adil karena Emily in Paris memang diprediksi akan dinominasikan. (Foto Netflix)

Sumber yang dekat dengan HFPA turut membantah rumor tersebut. Perjalanan dua hari yang dilakukan dua tahun silam disebut-sebut tidaklah luar biasa seperti yang diberitakan. Mereka juga mengatakan bahwa hal itu tidak berpengaruh dalam pemilihan nominasi. "Seperti umumnya, anggota HFPA akan menghadiri kunjungan, pemutaran perdana, dan konferensi pers. Jadi gagasan bahwa kunjungan ini memiliki pengaruh terhadap nominasi tidak masuk akal," ujarnya dalam sebuah pernyataan. (sam)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan