DPR Desak Audit Konstruksi Total pada Pesantren Al Khoziny, Tegaskan Nyawa Santri dan Pekerja Tak Boleh Dipertaruhkan

Kamis, 02 Oktober 2025 - Angga Yudha Pratama

Merahputih.com - Anggota Komisi VIII DPR RI, Maman Imanulhaq, menyampaikan rasa prihatin dan duka cita mendalam menyusul tragedi ambruknya bangunan musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Musibah ini terjadi pada Senin (29/9) sore saat proses pengecoran lantai empat tengah berlangsung, yang diduga menyebabkan tiang pondasi tak mampu menahan beban konstruksi.

"Semoga Allah memberikan ketabahan dan kesabaran bagi keluarga korban serta civitas pesantren. Juga mengampuni yang wafat, dan memberi kesembuhan bagi yang terluka,” ujar Maman, Kamis (2/10).

Data sementara hingga Rabu (1/10) malam mencatat total 107 korban telah berhasil dievakuasi, dengan lima orang di antaranya meninggal dunia. Masih ada puluhan orang yang diperkirakan tertimbun di bawah reruntuhan musala yang ambruk hingga lantai dasar. Proses evakuasi terus diupayakan oleh Basarnas dan tim gabungan.

Baca juga:

77 Santri Luka-Luka, 38 Orang Masih Dicari di Reruntuhan Bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny

Maman Imanulhaq menekankan pentingnya respons cepat dari pemerintah dan instansi terkait, tidak hanya fokus pada evakuasi, tetapi juga pada bantuan pemulihan bagi para korban. Ia secara khusus mendorong penyediaan pendampingan psikologis (trauma healing) untuk korban luka dan keluarga yang ditinggalkan.

“Bantuan trauma healing akan sangat membantu korban beserta keluarganya dalam fase pemulihan pasca musibah. Termasuk bagi orang tua yang anaknya wafat akibat peristiwa ini," jelas dia.

Laporan Basarnas mengindikasikan bahwa kegagalan struktur bangunan menjadi penyebab utama ambruknya musala Ponpes Al Khoziny. Hasil asesmen menunjukkan bangunan berlantai tiga ditambah satu lantai atap cor itu roboh dengan pola "pancake model", yaitu tumpukan berlapis.

Menanggapi laporan ini, pengasuh Ponpes Al Mizan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat itu dengan tegas menyatakan bahwa keselamatan santri dan tenaga pendidik harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan fasilitas pendidikan, terutama pondok pesantren.

Baca juga:

Basarnas Belum Bisa Pastikan Jumlah Korban Yang Masih di Bawah Reruntuhan Bangunan Ponpes Al Khoziny

“Tidak boleh ada kompromi terhadap standar konstruksi dan pengawasan teknis. Nyawa para santri dan pekerja tidak bisa dipertaruhkan," beber dia.

Hingga kini, data mengenai jumlah santri yang ada di lokasi kejadian masih belum pasti. Daftar absensi mencatat 91 orang yang diduga tertimbun sebelum tujuh santri ditemukan pada Rabu malam, namun angka tersebut masih bersifat perkiraan.

Maman berharap agar tim evakuasi dapat segera merampungkan pencarian agar seluruh korban dapat ditemukan dan mendapatkan penanganan yang diperlukan.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan