Digitalisasi Lahirkan Fenomena Technostress, Perusahaan Wajib Ambil Langkah Pencegahan
Rabu, 24 Juli 2024 -
MERAHPUTIH.COM - DIGITALISASI gencar diterapkan di berbagai sektor. Di balik penerapan digitalisasi terjadi fenomena yang masih luput dari perhatian banyak pihak. Salah satunya fenomena technostress.
HashMicro, perusahaan ERP terkemuka ASEAN, ikut menyoroti fenomena ini. Technostress didefinisikan sebagai ketakutan atau kecemasan yang dialami individu dalam menghadapi teknologi. Menurut beberapa penelitian, technostress merupakan bentuk resistance to change. Hal itu berarti stres yang muncul bukan berasal dari teknologi itu sendiri, melainkan dari rasa enggan atau takut untuk beradaptasi dengan sistem baru.
Dalam keterangan resmi yang diterima Merahputih.com, HashMicro mengatakan fenomena technostress bisa dicegah dan diatasi secara menyeluruh. Berdasarkan pengamatan HashMicro, terdapat dua hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi technostress yaitu dukungan perusahaan dan memilih implementasi teknologi dengan user experience yang menyenangkan.
“Perusahaan harus bisa mengambil langkah proaktif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk karyawan dalam prosesnya,” kata Chief Business Development Officer of HashMicro Lusiana Lu. Menurut Lu, perusahaan yang baru melakukan digitalisasi membutuhkan komitmen bersama antara perusahaan dan partner penyedia teknologi.
Baca juga:
HashMicro Luncurkan Tagline 'Bring Joy to Work' untuk Kerja Ceria
Hal itu penting dilakukan perusahaan karena karyawan mengalami technostress cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Hal itu dapat menyebabkan burnout karena mereka harus mempelajari teknologi baru dari awal. Selain itu, technostress juga dapat menyebabkan frustrasi, terutama jika sistem sering mengalami eror. Selain itu, technostress juga bisa menghambat komunikasi internal karena adanya gap informasi antarkaryawan.
Ketika karyawan terbebas dari stres yang diakibatkan teknologi, pekerjaan bisa lebih terbantu dan karyawan bisa lebih fokus untuk mengerjakan hal-hal strategis. Hal itu akan meningkatkan moral dan motivasi karyawan, yang pada akhirnya berujung pada peningkatan produktivitas.
Dengan mengatasi technostress, karyawan dapat kembali fokus pada pekerjaan mereka dan meningkatkan kualitas hasil kerja. Karyawan yang fokus dan konsentrasi tinggi akan lebih jarang membuat kesalahan dan menghasilkan pekerjaan yang lebih akurat.
Untuk mencegah technostress di kantor, perusahaan dapat melakukan beberapa hal berikut:
1. Perusahaan perlu melibatkan karyawan dalam proses implementasi teknologi baru. Lakukan survei atau diskusi kelompok untuk memahami kebutuhan, kekhawatiran, dan ekspektasi mereka. Pertimbangkan umpan balik tersebut untuk menyelesaikan mencegah terjadinya permasalahan akibat technostress.
2. Implementasikan teknologi baru secara bertahap. Hindari perubahan drastis yang dapat membebani karyawan. Berikan waktu yang cukup bagi mereka untuk beradaptasi dan terbiasa dengan sistem baru.
3. Pilih teknologi yang mudah digunakan dan dipahami. Pastikan penyedia teknologi yang dipilih bisa membuat panduan pelatihan dan dokumentasi dengan jelas dan ringkas. Kedua pihak harus melakukan uji coba dan mencatat setiap detil kekurangan saat implementasi. Pihak penyedia teknologi harus mampu memperbarui sistem berdasarkan masukan dari calon penggunanya.
"Di HashMicro, kami percaya bahwa kebahagiaan karyawan merupakan kunci untuk mencapai kesuksesan bisnis. Oleh karena itu, kami berkomitmen menyediakan solusi teknologi yang mudah digunakan dan program pelatihan komprehensif untuk membantu karyawan dalam beradaptasi dengan teknologi baru. Kami yakin bahwa dengan teknologi yang tepat dan dukungan yang memadai, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang bahagia dan produktif bagi semua karyawan," tutup Lusiana.(*)
Baca juga: