Daylight Saving Time Sebabkan Defisit Waktu Istirahat
Kamis, 25 Maret 2021 -
PERALIHAN dari musim panas ke dingin membuat kita kehilangan 1 jam istirahat di akhir pekan. Hal itu disebabkan waktu bergerak maju lebih cepat pada awal musim panas (WMP) atau dikenal dengan istilah daylight saving time (DST). Banyak laporan yang membuktikan peralihan musim dapat merusak jam istirahat dan berdampak pada kesehatan.
Seperti dilansir Dailymail, metode DST pertama diterapkan pada 1916 sebagai cara untuk menghemat pasokan listrik selama Perang dunia I dengan menambahkan 1 jam ekstra pada hari itu. Penduduk waktu itu membutuhkan dua hari hingga tujuh hari untuk menyesuaikan diri dengan perubahan jam tersebut. Di saat yang sama, para ahli mengawasi gejala dan risiko apa yang ditimbulkan selama dua sampai tujuh hari. Salah satu studi pada 2009 menemukan kecelakaan di tempat kerja lebih tinggi karena kelelahan, sedangkan peneliti AS menerbitkan laporan tahun lalu mengenai peningkatan 6% kecelakaan mobil fatal dalam seminggu karena jam ekstra ini.
BACA JUGA:
Menurut laporan studi Liverpool John Moores University pada 2013, 'melompati' 1 jam dapat menurunkan fungsi kekebalan setelah menjalankan jam ekstra tersebut. Dalam studi lain pada 2016, peneliti Finlandia mencatat peningkatan jumlah pengidap stroke dalam dua hari setelah perubahan jam dilakukan.
Permasalahannya ialah kekurang tidur 1 jam dapat menyebabkan kadar hormon stres lebih tinggi. Hal itu memicu peningkatan tekanan darah. Lantas, apakah harus berhenti mengganti jam ekstra?
"Berdasarkan data penelitian, kita harus berhenti melawan ritme waktu alami satu hari 24 jam dan meninggalkan metode DST," kata Profesor Russell Foster, ahli saraf sirkadian di Universitas Oxford.
Meski begitu, sebagaian besar negara di dunia bagian Barat melakukan metode DST, dengan pengecualian Islandia dan Belarusia. Namun, Parlemen Eropa menyepakati memilih untuk berhenti dengan metode DST pada 2021. Namun, wilayah yang dilintasi garis khatulistiwa, seperti Indonesia, tidak pernah melakukan metode ini karena jarak siang dan malam tidak berbeda jauh setiap tahunnya.
Sementara itu, para ahli menyarankan untuk mengambil beberapa langkah berikut untuk meminimalisasi efek dari metode DST dengan 1 jam ekstra.
1. Mendapat cahaya matahari secukupnya. "Permasalahannya setelah jam berubah, jam tubuh internal berjalan 1 jam ke belakang, jadi perlu menyesuaikan jam ke depan," kata Prosefor Foster. Ia menambahkan, untuk melakukan kendali waktu sendiri saat terkena cahaya.
2. Minum kopi kental. Jika sudah merasa lesu pada minggu pertama setelah menjalankan metode DST, minum secangkir kopi kental dengan dua tegukan. Saat sudah terbiasa pada pagi hari, kebiasaan ini akan membatu untuk tetapi waspada.
3. Usahakan tidak mengemudi sendiri. Walaupun ingin mengemudi, kamu harus berhati-hati karena perbedaan 1 jam lebih cepat. Tetapi lebih baik jika berjalan kaki atau naik transportasi umum untuk beberapa hari kedepan setelah pergantian jam.
4. Jangan tidur lebih awal. Kesalahan yang sering dilakukan ketika seseorang tidur lebih awal ketika jam kembali normal, tetapi tahan dorongan untuk tidur setelah bekerja, dan tidur ketika waktunya tiba. Jadi patuhi tidur normalmu untuk meningkatkan kualitas tidur.(rzk)