Buka Suara soal Dampak Tarif Trump, Prabowo: Indonesia Bisa Hadapi dan Kendalikan

Selasa, 08 April 2025 - Soffi Amira

MerahPutih.com - Presiden RI, Prabowo Subianto menilai, dampak pengenaan tarif resiprokal yang dikeluarkan Amerika Serikat (AS) telah menimbulkan ketidakpastian di dunia dan banyak negara cemas atas kondisi perekonomian dunia, tetapi Indonesia bisa menghadapi dan mengendalikannya.

Hal itu ia sampaikan saat menghadiri acara sarasehan ekonomi bertajuk "Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Tarif Perdagangan" di Jakarta, Selasa (8/4).

"Apa yang terjadi sekarang, goncangan dunia akibat negara ekonominya terkuat membuat kebijakan-kebijakan yang memberikan peningkatan tarif yang begitu tinggi kepada banyak negara. Ini bisa dikatakan menimbulkan ketidakpastian dunia. Banyak negara yang cemas," kata Prabowo.

“Ya, kita akan menghadapi tantangan, tapi saya bicara dengan tim saya ternyata situasinya dapat kita hadapi dan bisa kita kendalikan,” lanjutnya.

Baca juga:

Jangan Panik! Tarif Trump Justru Buka Pintu Emas Pariwisata Lokal Jadi Tulang Punggung Negeri

Prabowo pun mengingatkan, bahwa perekonomian di Indonesia harus bisa berdiri sendiri, seperti yang diperjuangkan para pendiri bangsa.

"Sebenarnya pendiri-pendiri bangsa kita sejak dulu, termasuk saya sejak dulu saya sudah ingatkan mari kita bangun ekonomi kita dengan sasaran berdiri di atas kaki kita sendiri," katanya.

Lebih lanjut, Prabowo mengatakan, saat ini dirinya lebih optimistis dan percaya diri terhadap keadaan ekonomi Indonesia menyambut tantangan ini.

“Kalau ada orang yang mau liat gelap-gelap ya monggo. Tapi kalau saya lihat saya optimis, saya bangga,” ujarnya.

Baca juga:

Indonesia Segera Kirim Tim Diplomasi Tarif Resiprokal AS, Belum Siapkan Tarif Balasan

Optimisme ini bukan tanpa alasan. Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, yang berbicara pada kesempatan itu memaparkan beberapa aspek ekonomi Indonesia yang menunjukkan kekuatan.

Pertama, pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,03% (c-to-c). Secara spasial ekonomi tumbuh positif di semua wilayah. Pertumbuhan tertinggi di Papua Barat (20,8%) dan Maluku Utara (13,7%). Adapun semua sektor tumbuh positif dengan kontribusi terbesar Industri Pengolahan (18,98% PDB).

Kedua, inflasi Indonesia yang terkendali. Maret 2025 Indonesia mengalami inflasi 1,65% (mtm) dan 1,03% (yoy). Ketiga, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di level optimis.

IKK pada Februari 2025 berada pada level Optimis sebesar 126,4 (Jan’25 sebesar 127,2), masih konsisten di level optimis (>100).

Baca juga:

Eks Menteri Perdagangan Era Jokowi Beri Tujuh Saran Indonesia Hadapi Kebijakan Trump, Apa Saja Isinya?

Keempat, PMI manufaktur di level ekspansif. PMI Maret 2025 sebesar 52,4 (Feb’25 sebesar 53,6), di level ekspansi seiring peningkatan output dan demand di dalam negeri.

Kelima, Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh. IPR pada Feb 2025 terkontraksi 0,5% yoy namun tetap tumbuh 0,8% mtm dipengaruhi kelompok makanan, minuman, tembakau.

Keenam, sektor keuangan Indonesia yang kuat. Neraca Pembayaran (NPI) 2024 mengalami surplus USD 7,2 miliar. Sementara pertumbuhan kredit Feb 2025 10,4% (rata-rata 2024 11,3%). Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) sedikit meningkat menjadi 5,75%.

Ketujuh, cadangan devisa (cadev) yang kuat. Cadev Indonesia tercatat 154,5 miliar USD hingga akhir Februari 2025, setara pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor + pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah.

Kedelapan, Neraca Perdagangan surplus, di mana pada Februari 2025 surplus USD 3,12 miliar, melanjutkan tren surplus 58 bulan berturut-turut.

“Dalam laporan teralkhirnya, Moody’s melaporkan bahwa dinilai ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga berkat permintaan domestik yang kuat dan komitmen pemerintah dalam menjaga kredibilitas kebijakan moneter dan fiskal,” kata Airlangga. (Pon)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan