BKPM Fasilitasi Investasi Smelter US$612 Juta dari Tiongkok

Sabtu, 16 Januari 2016 - Noer Ardiansjah

MerahPutih Bisnis - Kunjungan Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani ke Tiongkok dimanfaatkan untuk memfasilitasi investor investasi existing di bidang smelter dengan nilai investasi mencapai US$612 juta atau sekira Rp8,2 triliun dengan kurs dolar AS Rp13.500.

Franky Sibarani mengatakan, investor terkait menyampaikan beberapa kendala terkait kegiatan operasional mereka di Indonesia mulai dari mendapatkan bahan baku, masalah pajak dan insentif investasi, serta tenaga kerja. Selain itu, ia juga bertemu dengan perwakilan perusahaan serta induk perusahaan yang berpusat di Tiongkok.

“Jadi induk perusahaan di Tiongkok memiliki sembilan perusahaan patungan di Indonesia termasuk pengembangan industri smelter dan PLTU di Morowali, Sulawesi Tengah,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Jumat (15/1) kemarin.

Franky menambahkan, investor terkait memiliki kapasitas produksi smelter nikel sebesar 300.000 ton dan PLTU dengan kapasitas mencapai 130 MW (2 x 65 MW).

“Investasi yang dilakukan cukup penting, karena merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang mengolah ferronickel menjadi stainless steel,” jelasnya.

Oleh karena itu, Franky menyampaikan bahwa BKPM akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga teknis terkait untuk mencarikan solusi dari persoalan yang diidentifikasi dari pertemuan dengan perwakilan induk perusahaan.

“Contohnya, perusahaan kesulitan memperoleh bahan baku dari provinsi lain karena ada peraturan yang tidak memperbolehkan mengambil bahan baku dari satu provinsi ke provinsi lain. Kami akan mengusulkan kepada kementerian terkait agar pelarangan penjualan bahan baku hasil tambang antar provinsi dihapus, karena hal tersebut melanggar UU,” lanjutnya.

Menurutnya, terkait dengan persoalan kuota tenaga kerja asing yang menyamaratakan antara perusahaan yang investasinya kecil dan perusahaan yang investasinya besar, akibatnya banyak perusahaan-perusahaan besar melakukan investasinya secara bertahap. Franky mengemukakan bahwa perusahaan memohon kepada pemerintah Indonesia agar perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai investasinya besar dapat diberikan secara proporsional.

“Jadi harapannya yang investasinya lebih banyak mendapatkan kuota lebih besar. Ini akan kami komunikasikan dengan kementerian terkait,” urainya.

Bidang usaha smelter termasuk yang cukup diminati oleh investor asal Tiongkok. Beberapa investasi dari Tiongkok yang sedang dalam masa konstruksi merupakan investasi di bidang smelter. Selain di Morowali, tercatat terdapat investasi smelter dari Tiongkok di Bantaeng, Sulawesi Selatan senilai Rp1,7 triliun.

Sementara itu, industri smelter berdasarkan data realisasi investasi Januari–September 2015 di Indonesia mencapai angka Rp12,1 triliun dari 170 proyek.

Tiongkok termasuk termasuk negara teratas yang mencatatkan nilai rencana investasi di Indonesia. BKPM mencatat sepanjang tahun 2015, pengajuan izin prinsip dari Tiongkok yang masuk ke BKPM mencapai angka Rp277 triliun. Jumlah tersebut merupakan yang terbesar di atas Singapura sebesar Rp203 triliun dan Jepang sebesar Rp100 triliun. (abi)


BACA JUGA:

  1. Realisasi Investasi Asing Ditargetkan Rp386 Triliun
  2. Proporsi Rencana Investasi PMA Diproyesikan Rp1.087 Triliun
  3. Sektor MANUFAKTUR Proyeksi Investasi Terbesar 2016
  4. Jepang dan Australia Tertarik Investasi Panti Jompo di Indonesia
  5. Korea Berminat Investasi di Indonesia US$16 Miliar

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan