Bercinta Menggunakan VR, Apakah Kita Sudah Memasuki Era Digisexsual

Senin, 27 Mei 2019 - Ananda Dimas Prasetya

DUNIA digital telah mempengaruhi segala aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, fesyen, kesehatan, sampai industri seksual. Semakin berkembangnya teknologi, hal ini memungkinkan manusia untuk bisa mendapatkan pengalaman bercinta yang sama memuaskannya, atau bahkan lebih daripada bercinta dengan manusia lain.

Meningkatnya populasi kaum digisexuality, atau orang-orang yang menyukai hubungan seksual dengan robot atau bentuk teknologi lainnya, menjadi alasan terbesar mengapa semakin banyak pencampuran teknologi di dunia seksual, dan Virtual Reality (VR) menjadi salah satunya.

Teknologi VR berkembang sangat cepat di dunia, dan telah berkontribusi banyak dalam memberikan suasana baru dalam bermain game. Bukan hanya itu, ternyata VR juga telah memberikan nuansa baru dalam menyalurkan hasrat bercinta bagi orang-orang. Bisakah kamu bayangkan rasanya?

1. VR memberikan sensasi bercinta yang lebih aktif

Bercinta Menggunakan VR, Apakah Kita Sudah Memasuki Era Digisexsual
Sensasi baru dalam pornografi. (Foto: pixabay/pixel2013)

Seperti kegiatan menonton pada umumnya, menonton film dewasa juga merupakan komunikasi pasif satu arah. Meskipun begitu, kehadiran teknologi VR bisa memberikan kamu nuansa baru yang lebih dari sekedar menonton film biru.

Dunia virtual imersif dan lingkungan yang bisa memungkinkan pengguna lain ikut serta berhasil menciptakan gairah baru yang bisa menawarkan pengalaman bercinta baru yang tidak bisa disediakan oleh kehidupan nyata.

2. Teknologi VR dapat meningkatkan jumlah digisexual

Bercinta Menggunakan VR, Apakah Kita Sudah Memasuki Era Digisexsual
Digisexual bisa meningkat karena perkembangan teknologi. (Foto: pixabay/Kellepics)

Peneliti teknologi VR, Sylvia Xueni Pan telah memberikan banyak penjelasan tentang bagaimana teknologi VR telah mengaburkan batasan antara dunia nyata dengan dunia simulasi. Menurutnya, Teknologi VR dapat memberikan ilusi terhadap otak manusia.

Teknologi VR mampu membuat otak percaya bahwa semua ilusi itu benar adanya. Jika situasi serta peristiwa yang terjadi di VR berkolerasi dengan tindakanmu dan juga berhubungan secara personal terhadap dirimu, maka kamu akan bereaksi terhadap apa yang ada di VR sebagai sesuatu yang nyata.

Pesatnya teknologi yang saat ini berkembang diperkirakan bisa meningkatkan jumlah orang-orang yang lebih memilih untuk bercinta dan berpacaran dengan sosok tidak nyata dan dari lingkungan yang virtual.

3. Pandangan negatif terkait digisexual

Bercinta Menggunakan VR, Apakah Kita Sudah Memasuki Era Digisexsual
Digisexual mendapatkan respon negatif dari sebagian banyak orang. (Foto: pixabay/bamenny)

Identitas seksual merupakan suatu hal personal yang selalu saja menghadapi stigm di dunia ini. Berdasarkan fenomena yang benar-benar terjadi di dunia, masyarakat telah menciptakan stigma dengan konotasi negatif mengenai apa yang salah dan apa yang benar terkait kaum LGBT dan juga mengenai orang yang memiliki ketertarikan seksual BDSM.

Seiring dengan berjalannya waktu, banyak orang yang sudah mulai bisa menerima kehadiran LGBT dan pecinta BDSM. Itu dianggap bukanlah urusan mereka, dan setiap orang berhak untuk menjadi diri sendiri.

Ini juga terjadi pada kaum digisexual. Mereka seringkali mendapat kritik, kebencian, serta respon negatif baik di dunia nyata maupun di kehidupan online. Apakah menurut kamu beberapa tahun kedepan orang-orang sudah bisa menerima kehadiran digisexual?

Akankah meningkatnya digisexual dapat menjadi solusi terhadap masalah populasi penduduk yang semakin meningkat? yang merupakan akar masalah dari meningkatnya kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, dan merembet kepada meningkatnya jumlah pengangguran belakangan ini. (shn)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan