Bahaya Spyware Mengintai 1,5 Miliar Pengguna WhatsApp
Rabu, 15 Mei 2019 -
SEBANYAK 1,5 miliar pengguna WhatsApp terancam terkena suntikan spyware dari para peretas. Seperti yang diberitakan Daily Mail, ancaman spyware yang bisa dilakukan peretas tersebut menggunakan perangkat lunak tingkat militer.
Hal ini terjadi karena adanya kerentanan atau celah pada aplikasi berbalas pesan tersebut. WhatsApp telah mengeluarkan pembaruan terbaru untuk mengatasi ancaman itu. Tapi, sepertinya pembaruan tersebut belum bisa menjamin keamanan pengguna WhatsApp.
Kerentanan pada WhatsApp ini dapat dimanfaatkan peretas untuk menyuntikkan spyware melalui panggilan telepon. Kode spyware tetap bisa ditransmisikan meskipun pengguna enggak menjawab panggilan telepon.
Setelah kode tersebut ditransmisikan, maka peretas dapat mengakses atau merusak segala data yang ada pada aplikasi. Termasuk foto dan video serta akses mikrofon dan kamera.
Namun, panggilan telepon tersebut akan menghilang dari daftar panggilan telepon pengguna. Sehingga jejak panggilan tersebut akan terhapus. Spyware tersebut kabarnya dikembangkan intelijen cyber Israel bernama NSO Group.

Kejadian ini membuat WhatsApp mendesak 1,5 miliar pengguna mereka di seluruh dunia untuk melakukan pembaruan terbaru yang telah dirilis WhatsApp pada Selasa (14/5) kemarin.
Baca juga:
5 Fitur Baru WhatsApp yang Diprediksi Rilis di 2019, Apa Saja?
Meskipun pembaruan terbaru sudah diluncurkan. Andrew Martin, CEO perusahaan keamanan cyber yang berbasis di London, DynaRisk, mengatakan pembaruan tersebut enggak menjamin dapat melindungi privasi pengguna.
"Mengingat kurangnya pengetahuan tentang spyware pada tahap ini, bahkan pembaruan perangkat lunak yang dikirim oleh WhatsApp mungkin tidak cukup untuk melindungi privasi pengguna," kata Martin kepada Daily Online.
Martin mengatakan pengguna enggak perlu khawatir dengan pengintaian yang disponsori negara. Untuk saat ini kerentanan tersebut hanya mengancam target tertentu. Akan tetapi, ada kemungkinan metode serupa akan segera digunakan oleh operasi kecil penjahat dan peretas untuk menargetkan orang-orang biasa.
Kerentanan keamanan pada WhatsApp ini pertama kali dilaporkan oleh Financial Times. (ikh)