Bagaimana Nasib Listrik Bila Bahan Bakar Fosil Habis?

Senin, 29 Juli 2019 - P Suryo R

BAHAN bakar fosil saat ini menjadi opsi utama untuk sumber energi pada kendaraan dan juga pembangkit tenaga listrik. Bahan bakar fosil dipilih karena jumlah listrik yang didapatkan dari bahan bakar fosil bisa dikatakan berbeda jauh dibanding hasil dari energi lain. Selain itu, saat ini biaya produksi listrik dari bahan bakar fosil paling rendah dibanding lainnya.

Sayangnya sumber bahan bakar fosil terbatas dan suatu saat nanti akan habis. Selain itu, pembakaran bahan bakar fosil juga merupakan sebab utama dari pemanasan global. Pemanasan Global merupakan salah satu masalah terbesar yang sedang dihadapi oleh manusia. Meningkatnya suhu bumi dan permukaan air laut juga cuaca yang tidak menentu dapat mengancam keselamatan bumi dan manusia.


Baca Juga: Sulit Didaur Ulang, Hindari Penggunaan Kemasan Plastik Jenis Ini!



Pemanasan global, masalah penting yang harus dihadapi demi kelangsungan bumi dan manusia. (Foto: Climate4life.info)

Untuk mengatasi masalah tersebut banyak negara yang saat ini mulai melakukan studi untuk mencari alternatif energi yang dapat diperbaharui. Energi tersebut diantaranya tenaga surya, angin, air, nuklir dan bahan bakar hayati. Teknologi untuk memperoleh listrik dari energi-energi tersebut sebenarnya sudah dimiliki oleh manusia. Namun ada beberapa alasan lain kenapa banyak negara masih mempertimbangkan untuk beralih ke produksi listrik dengan energi yang dapat diperbaharui.

Energi-energi yang dapat diperbaharui memiliki keterbatasan dan resikonya masing-masing. Contohnya saja seperti tenaga surya. Untuk menangkap tenaga surya dibutuhkan alat yang disebut panel surya. Saat ini biaya pembuatan panel surya masih sangat tinggi. Selain itu cuaca juga jadi penentu besar apakah panel surya dapat bekerja secara efektif atau tidak.

listrik
Studi untuk memaksimalkan turbin angin diperlukan untuk mengatasi keterbatasan bahan bakar fosil. (Foto: Pixabay/Free-Photos)

Hampir serupa dengan keterbatasan panel surya, dalam produksi listrik menggunakan turbin angin, cuaca juga sangat berpengaruh terhadap produksi dan biaya pembuatan turbin angin juga besar. Selain itu, menurut National Geographic, banyak kasus yang menunjukkan bahwa turbin-turbin angin berbahaya bagi makhluk-makhluk terbang seperti burung dan kelelawar.

Banyak studi sedang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan juga mengurangi atau bahkan menghapus resiko yang didapat dari pembangkit tenaga listrik lainnya. Untuk saat ini, kita hanya bisa menunggu sambil membantu mengurangi efek pemanasan global. Hal sederhana yang bisa kamu lakukan yaitu mengurangi penggunaan listrik sebisa mungkin contohnya mematikan lampu ruangan yang sedang tidak digunakan atau ketika kamu tidur. Kamu juga bisa membantu dengan mengendarai kendaraan umum atau mengganti kendaraan kamu dengan kendaraan elektrik.(asep)

Baca Juga: Sepele Tetapi Mengancam Bumi, Kenali Bahaya Limbah Puntung Rokok

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan