Badai Melissa Melintasi Kuba, Haiti, dan Jamaika, Tewaskan Puluhan Orang dan Tinggalkan Jejak Kehancuran

Kamis, 30 Oktober 2025 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM — BADAI Melissa menewaskan puluhan orang dan menyebabkan kerusakan luas di Kuba, Haiti, dan Jamaika. Di jalur yang dilintasi Melissa, rumah-rumah tanpa atap, tiang listrik tumbang, dan furnitur yang terendam air mendominasi pemandangan pada Rabu (29/10).

Tanah longsor memblokade jalan utama di Santa Cruz, wilayah St Elizabeth di Jamaika. Di daerah itu, jalanan berubah menjadi kubangan lumpur. Warga berusaha menyapu air dari rumah mereka sambil menyelamatkan barang-barang yang tersisa. Angin kencang juga merobek sebagian atap sekolah menengah yang berfungsi sebagai tempat penampungan umum. “Saya belum pernah melihat yang seperti ini selama saya hidup di sini,” kata warga bernama Jennifer Small, dikutip The Korea Times.

Melissa mendarat di Jamaika pada Selasa sebagai badai kategori 5 yang sangat dahsyat dengan kecepatan angin mencapai 295 km/jam, salah satu badai Atlantik terkuat yang pernah tercatat. Badai ini kemudian melemah dan bergerak ke Kuba. Meski begitu, negara-negara yang bahkan tidak berada di jalur langsung badai raksasa itu tetap merasakan dampak kehancurannya.

Di Haiti, banjir akibat Melissa menewaskan sedikitnya 25 orang di kota pesisir selatan Petit-Goave. Wali Kota Petit-Goave, Jean Bertrand Subreme, dikutip Associated Press, mengatakan puluhan rumah ambruk ketika sungai La Digue meluap. Hingga Rabu pagi, masih ada warga yang terjebak di bawah reruntuhan. Hanya ada satu pejabat dari Badan Perlindungan Sipil Haiti di lokasi saat warga berjuang mengevakuasi diri di tengah banjir besar.

Pejabat Kuba melaporkan rumah-rumah runtuh, jalan pegunungan tertutup longsor, dan atap beterbangan pada Rabu. Kerusakan terparah terjadi di wilayah barat daya dan barat laut. Pihak berwenang mengatakan sekitar 735.000 orang masih tinggal di tempat penampungan. “Itu seperti neraka. Sepanjang malam benar-benar mengerikan,” kata Reinaldo Charon dari Santiago de Cuba. Pria 52 tahun itu termasuk sedikit orang yang nekat keluar rumah pada Rabu, hanya terlindungi lembaran plastik di tengah hujan.

Baca juga:

Badai Melissa Mengamuk di Jamaika, Disebut Badai Terkuat di 2025



Di Jamaika, lebih dari 25 ribu orang mengungsi ke tempat penampungan pada Rabu, dan jumlahnya terus bertambah setelah badai merobohkan atap rumah dan membuat banyak warga kehilangan tempat tinggal sementara. Menteri Pendidikan Jamaika Dana Morris Dixon mengatakan 77 persen wilayah di pulau itu mengalami pemadaman listrik pada Rabu.

“Sulit menilai kerusakan karena adanya gangguan komunikasi total di beberapa daerah,” kata Richard Thompson, Penjabat Direktur Kantor Kesiapsiagaan dan Manajemen Bencana Jamaika kepada Nationwide News Network.

Perdana Menteri Jamaika Andrew Holness mengatakan dalam pernyataannya bahwa tim-tim penyelamat sedang bekerja mengevakuasi warga dan menyalurkan bantuan ke wilayah yang paling membutuhkan.
“Pemulihan akan memakan waktu, tetapi pemerintah telah sepenuhnya dimobilisasi. Bantuan darurat sedang disiapkan, dan kami melakukan segala cara untuk segera memulihkan keadaan,” ujarnya.

Di kota pesisir Black River, Jamaika, yang berpenduduk sekitar 5.000 orang di barat daya pulau, para pejabat memohon bantuan dalam konferensi pers pada Rabu. “‘Bencana besar’ merupakan istilah yang terlalu ringan untuk menggambarkan apa yang kami saksikan,” kata Wali Kota Black River Richard Solomon.

Ia mengatakan infrastruktur penyelamatan di wilayahnya hancur total akibat badai. Rumah sakit, unit kepolisian, dan layanan darurat terendam banjir dan tidak dapat beroperasi. Badai itu juga menghancurkan gudang tempat penyimpanan bantuan. Pemerintah Jamaika mengatakan berharap dapat membuka kembali bandara secepatnya pada Kamis (30/10) untuk mempercepat distribusi bantuan darurat.

“Amerika Serikat mengirim tim penyelamat dan tanggap darurat untuk membantu upaya pemulihan di Karibia,” kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio di platform X. Ia menambahkan pemerintah bekerja sama dengan pemimpin Jamaika, Haiti, Republik Dominika, dan Bahama. Inggris juga mengirim dana kemanusiaan sebesar USD 3,3 juta dolar ke Jamaika untuk bantuan darurat seperti paket tempat tinggal, filter air, dan selimut.

Badai Melissa dikhawatirkan akan memperburuk krisis ekonomi Kuba yang sudah parah, dengan pemadaman listrik berkepanjangan serta kekurangan bahan bakar dan pangan. “Akan banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kami tahu kerusakannya akan besar,” kata Presiden Kuba Miguel Díaz-Canel dalam pidato televisi, sambil mengimbau rakyat agar tidak meremehkan kekuatan Melissa.

Pada Rabu sore, kecepatan angin maksimum Melissa mencapai 155 km/jam dan bergerak ke timur laut dengan kecepatan 22 km/jam, menurut Pusat Badai Nasional AS di Miami. Pusat badai berada sekitar 245 kilometer di selatan Bahama bagian tengah. Michael Brennan, direktur pusat badai tersebut, mengatakan badai itu mulai memengaruhi Bahama tenggara pada Rabu.

“Badai ini semakin meluas,” katanya, mencatat bahwa angin dengan kekuatan badai tropis kini menjangkau hampir 320 kilometer dari pusat badai.

Pusat badai Melissa diperkirakan akan melintasi Bahama tenggara pada Rabu malam, memicu gelombang badai setinggi hingga dua meter di kawasan itu. Pada Kamis malam, Melissa diprediksi akan melintas di sebelah barat Bermuda. Sebelum mendarat, Melissa telah menewaskan sedikitnya tiga orang di Jamaika, tiga di Haiti, dan satu di Republik Dominika.(dwi)

Baca juga:

8 Orang Tewas, 22 Ribu Penduduk Terpaksa Mengungsi Menyusul Badai Tropis Fengshen yang Terjang Filipina

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan