Arakan, Prosesi Pernikahan Suku Melayu Kalimantan Barat
Jumat, 09 Agustus 2024 -
MERAHPUTIH.COM -SUKU Melayu di Kalimantan Barat masih mempertahankan budaya arakan sebagai bagian dari upacara pernikahan. Arakan digelar untuk mempertemukan calon pengantin pria dengan calon pengantin perempuan. Budaya walimah ini sudah ditetapkan sebagai Warisan Busaya Tak Benda (WBTB) pada 2017.
Dalam prosesi arakan, calon pengantin pria berjalan dari suatu tempat sembari didampingi orangtua. Para kerabat akan mengekor di belakang. Biasanya pengantin pria yang melakukan arakan datang dengan berbagai hadiah. Ia membawa seserahan yang akan diberikan kepada keluarga pihak pengantin yang menunggu.
Kerabat dari pihak laki-laki yang ikut arakan membawa pokok telur, uang mahar, seperangkat alat salat, tempat sirih, pohon kurma atau kembang manggar, jebah dalam bentuk wadah rumah jebah, pohon pacar, dan 1 set perhiasan yang dikemas dalam bentuk menarik sesuai selera. Ada juga yang mengemas perhiasan dalam bokor atau kempu durian.
Perjalanan arakan pengantin pria tidak akan senyap. Sepanjang perjalanan menuju kediaman pengantin perempuan, arakan akan diiringi musik tanjidor atau tar, lantunan salawat Nabi, dan doa.
Baca juga:
Dalam suasana yang penuh suka cita, pengantin pria tampil di hari pernihakan dengan sangat memesona. Ia mengenakan baju adat pernikahan khas Melayu Kalimantan Barat yang disebut Telok Belanga.
Telok Belanga terbuat dari bahan satin dan umumnya berwarna kuning emas. Warna tersebut adalah warna yang identik dengan kerajaan Melayu. Suku Melayu kerap menggunakan elemen warna kuning emas dalam berbagai ornamen budaya mereka. Telok belanga dipadukan dengan celana panjang serta kain maupun sarung yang memilik corak ingsang. Kain ini nantinya akan dililitkan di bagian pinggang hingga ke lutut. Sebagai pelengkap, dikenakan pula songkok warna hitam.
Ketika calon mempelai pria dan keluarga hampir mendekati calon pengantin perempuan di kediamannya, mereka akan melempar aksi pantun dan silat yang dilakukan dari setiap perwakilan mempelai.
Pantun tersebut bukan hanya soal bermain kata dan bunyi, melainkan juga sebuah kesenian yang sarat dengan petuah alias nasihat tentang pernikahan. Dalam pantun juga disampaikan apa saja tujuan pernikahan itu termasuk mengingatkan apa saja tugas dan hak-hak dari pengantin.
Setelah serangkaian aksi ini, nantinya pengantin pria ditemukan dengan pengantin perempuan. Ada pula pengantin pria tidak langsung bertemu atau bersanding dengan pengantin perempuan sebelum akad selesai.
Ketika sudah sah, kedua mempelai ini akan dipertemukan dan duduk bersanding berdua menghabiskan prosesi pernikahan hingga selesai.(tka)
Baca juga: