Adu Betis, Tradisi Masyarakat Sulawesi Selatan
Senin, 29 Mei 2017 -
Indonesia memiliki banyak tradisi unik. Salah satunya, adu betis atau Mallanca. Adu betis biasanya dilakukan masyarakat Sulawesi Selatan di Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, seusai panen besar. Tradisi ini sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan panen.
Sawah-sawah di Moncongloe umumnya sawah tadah hujan dan hanya panen sekali dalam setahun. Jadi tidak heran kalau Mallanca diadakan hanya setahun sekali. Dan biasanya pada Agustus. Akibatnya, tradisi ini juga seringkali dirayakan berbarengan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Sesuai nama tradisinya, setiap pria di Maros menunjukkan kekuatan dengan cara saling menendangkan betis mereka. Tradisi ini tidak dilakukan di tempat sembarangan. Adu betis dilakukan di dekat makam Gallarang Monconloe, leluhur desa Moncongloe yang juga pamannya Raja Gowa, Sultan Alauddin.
Mallanca dilakukan secara kelompok. Dengan membentuk lingkaran besar, adu betis dilakukan di dalam lingkaran tersebut. Masyarakat Maros juga melakukan tradisi ini untuk mengingat jasa leluhur mereka yang telah menjaga Kerajaan Gowa dengan jiwa patriot pada dahulu kala.
Lebih unik lagi, adu betis ternyata bukan lomba. Tidak ada pemenang pada tradisi adu betis karena tradisi ini hanya untuk menunjukkan kekuatan peserta. Setelah adu betis selesai, tidak jarang ada peserta yang mengalami patah tulang. Meski begitu, tradisi ini tetap dinantikan kehadirannya setiap tahun oleh masyarakat Maros.
Ingin menyaksikan sendiri tradisi ini? Segera agendakan keberangkatan Anda ke Maros pada Agustus tahun ini.
Baca juga artikel tentang tradisi Mengenal Uniknya Tradisi Saparan Kopeng