WHO Nyatakan Fase Akut COVID-19 Berakhir Pertengahan 2022
Vaksinasi COVID-19 kini masih jadi persoalan. (Foto: Pixabay/Tumisu)
DIKUTIP dari Business Insider, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi kabar menggembirakan. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan fase akut pandemi COVID-19 bisa berakhir pertengahan tahun 2022 ini.
Menurutnya, Fase akut berakhir karena angka vaksin yang tinggi di beberapa negara, ditambah tingkat keparahan varian Omicron yang lebih rendah dibandingkan varian sebelumnya. Meski begitu, bukan berarti pandemi COVID-19 berakhir sepenuhnya.
Baca juga:
"Tapi (pandemi COVID-19) tidak (berakhir sepenuhnya). Tidak ketika 70.000 orang dalam seminggu meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dan diobati," kata Ghebreyesus dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich akhir pekan lalu.
Lanjut Tedros hal ini tidak akan terjadi ketika 83% penduduk Afrika belum menerima vaksin dosis tunggal. "Tidak ketika sistem kesehatan terus tegang dan retak di bawah beban kasus. Tidak ketika kita memiliki virus yang sangat menular yang beredar hampir tidak terkendali, dengan pengawasan yang terlalu sedikit untuk melacak evolusinya," tegasnya.
Tedros tetap memperingatkan bahwa dunia harus bersiap untuk potensi lebih banyak varian yang muncul. Bahkan, kata dia, kondisi ideal untuk varian yang lebih menular dan lebih berbahaya bisa saja terjadi.
Baca juga:
Namun Tedros memberikan pernyataan optimis ini bukan yang pertama. Awal 2022, ia sempat berujar yakin status darurat kesehatan masyarakat bisa dicabut tahun ini. Selain vaksin COVID-19, ia meminta agar pasokan alat tes corona hingga perawatan pasien diberikan secara adil. Menurutnya, tidak ada satupun negara yang bisa 'bebas' dari COVID-19, jika masih ada negara lain yang kesulitan untuk mengatasi lonjakan kasus dan risiko kematian yang tinggi di tengah keterbatasan fasilitas.
Vaksinasi COVID-19 kini masih jadi persoalan, di mana ada kesenjangan antara negara miskin dan kaya. Afrika misalnya, masih menjadi benua dengan cakupan vaksin COVID-19 terendah, yakni baru 11% dari total populasi.
Namun di negara-negara dengan tingkat vaksinasi tinggi, mereka sudah mulai melonggarkan bahkan membatalkan aturan terkait COVID-19. Contohnya ketika vaksinasi menjadi lebih umum, negara bagian dan kota di seluruh Amerika Serikat (AS) mulai melonggarkan mandat masker dan vaksin. (DGS)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan