Tahun 2022 Resolusi Turun Berat Badan, Kenali Diri Sendiri Dahulu


Sebaiknya mengenal diri sendiri sebelum memilih program diet. (Foto: Unsplash/Total Shape)
ORANG-orang yang bertekad untuk menurunkan berat badan di Tahun Baru punya pilihan beragam diet yang membingungkan dengan janji skema penurunan berat badan cepat.
Kamu yang mempertimbangkan pola makan seperti diet intermiten, diet Keto, Whole 30 Program, dan diet Mediterania sebaiknya mengingat dua fakta utama, kata pakar nutrisi kepada HealthDay Now.
Baca Juga:

Pertama, diet yang tepat untukmu sebagian besar bergantung pada apa yang kamu suka makan dan apa yang paling sesuai dengan gaya hidup pribadimu.
"Jadi, jika kamu ingin mengubah pola makan, pertama-tama kamu harus mengenal diri sendiri dan melakukan hal-hal yang bisa dipertahankan," kata Dr. Lawrence Cheskin, ketua studi nutrisi dan makanan di Universitas George Mason di Fairfax, Virginia, AS.
"Tidak ada gunanya melakukan salah satu dari diet ini jika kamu hanya melakukannya selama seminggu dan kemudian kembali ke pola makan biasa," dia menambahkan.
Kedua, diet atau pola makan apa pun akan membantumu menurunkan berat badan hanya jika kamu mengonsumsi lebih sedikit kalori daripada yang kamu bakar tiap hari.
Selain itu, diet penurunan berat badan yang baik akan mencakup semua nutrisi yang kamu butuhkan untuk menjaga kesehatan dengan batasan kalori tertentu.
"Setiap kali kita mengurangi asupan kalori, kita akan melihat penurunan berat badan," kata Caroline Susie, ahli diet terdaftar di Dallas, AS dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics.
Dari pemahaman tentang diet itu, tidak semua pola makan berikut ini dimaksudkan sebagai sarana penurunan berat badan. Demikian pendapat para ahli tentang diet yang akan populer pada 2022 dan mana yang terbaik untuk menurunkan berat badan.
Diet intermiten

Diet ini mengharuskan orang hanya makan pada jam-jam tertentu dalam sehari, atau secara drastis membatasi asupan kalori mereka pada hari-hari tertentu dalam seminggu.
"Yang bagus adalah diet itu tidak memberi tahu kamu apa yang harus dimakan, hanya memberi tahu kapan harus makan. Jika kamu bukan seseorang bisa mengikuti daftar makanan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan, diet ini bisa menjadi pilihan untukmu," lanjut Susie.
Menurut Cheskin, studi telah menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat membantu orang mengatur berat badan. "Ini mungkin berhasil karena tidak terlalu membebani. Jika kamu harus 100 persen mematuhi rencana diet yang sangat ketat, kita semua tahu kebanyakan orang tidak akan melakukannya dalam waktu lama dan mereka tidak akan menikmati diet semacam itu," dia menjelaskan.
Namun, Susie mengingatkan, orang dengan gangguan makan harus menghindari puasa, karena dapat memicu masalah dengan makanan.
Diet Mediterania

Pola makan ini disebut-sebut sebagai cara menjaga kesehatan jantung, tetapi sebenarnya tidak ditujukan untuk menurunkan berat badan.
Diet ini didasarkan pada masakan negara-negara yang berbatasan dengan Mediterania. Menurut American Heart Association, pola makan ini biasanya kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, dan lemak tak jenuh seperti minyak zaitun. Kamu juga bisa makan produk susu, telur, ikan, dan unggas dalam jumlah rendah hingga sedang.
"Ini adalah diet yang sehat, tetapi tidak dirancang untuk menurunkan berat badan. Ini adalah pola makan yang baik, tetapi jika kamu ingin menggunakannya untuk menurunkan berat badan maka kamu juga harus mengurangi lemak dan kalori," kata Cheskin.
Baca Juga:
Ngakalin Biar Perut Muat Banyak saat Menyantap 'All You Can Eat'
Diet Keto

"Diet ini sudah ada sejak lama," kata Susie. Sebelumnya, pola makan ini dikenal dengan nama diet Atkins atau South Beach. "Saya menduga diet ini memiliki manajer pemasaran yang sangat hebat, karena sering kali rebranding," ujarnya berkelakar.
Diet Keto sangat membatasi asupan karbohidrat, sekaligus meningkatkan asupan lemak dan protein. Tujuannya adalah untuk mencapai keadaan ketosis. "Keadaan metabolisme di mana Anda membakar lemak untuk energi daripada membakar karbohidrat untuk energi," kata Susie.
"Pada dasarnya kamu meminta tubuhmu untuk bekerja dari lemak, bukan karbohidrat yang biasanya asupan utama dalam makanan," kata Cheskin.
Namun, diet Keto bisa jadi sulit bagi beberapa orang. "Untuk sampai ke sana bisa sedikit brutal," kata Susie. Dikatakan bahwa orang yang baru menjalani diet ini sering menderita "flu Keto" selama beberapa hari, di mana mereka merasa pusing, lesu, dan pusing. Efek samping umum lainnya adalah gangguan tidur dan sembelit.
"Ketika menghilangkan beberapa asupan makanan, kita menghilangkan nutrisi penting dan membuang banyak serat, yang dapat menyebabkan sembelit," kata Susie.
Cheskin menambahkan, penekanan keto pada lemak juga sangat tidak baik untuk jantungmu.
Program Whole 30

Cheskin dan Susie mengatakan Program Whole 30 perlu diwaspadai. Diet ini mengharuskan kamu untuk tidak menambahkan gula, biji-bijian, kacang-kacangan, dan produk susu selama sebulan penuh.
“Yang sedikit mengkhawatirkan tentang diet Whole 30 ini diciptakan oleh orang-orang yang memiliki pendidikan gizi terbatas,” kata Susie, "Ini sangat membatasi. Selama 30 hari kamu akan menghilangkan banyak kelompok makanan yang berbeda."
"Saya suka bahwa pola makan ini mendorong kamu untuk makan lebih banyak buah-buahan segar dan sayuran segar. Namun, untuk menghilangkan seluruh kategori tanpa alasan klinis, di situlah kewaspadaan perlu naik," kata Susie.
Cheskin berkata, "Ini tidak dimaksudkan untuk menghasilkan penurunan berat badan secara khusus, tetapi tentu saja dapat digunakan untuk itu." Setelah 30 hari pertama, orang dapat mulai mengonsumsi kembali makanan yang dilarang seperti kacang-kacangan.
Namun, diet ketat seperti itu bisa sulit dipertahankan untuk sebagian besar orang, dan orang akan cenderung jatuh dari kereta dari waktu ke waktu, kata para ahli. Itulah mengapa mereka menekankan bahwa diet yang terbaik adalah yang dapat kamu jalani dengan baik dan berkelanjutan. (aru)
Baca Juga:
Cara Alami Tingkatkan Energi, Tidak Perlu Konsumsi Banyak Suplemen
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
