Perang Ketupat di Bangka Belitung, Tradisi Pengusir Bala
Perang ketupat untuk menghalau siluman buaya. (Instagram@yhoni_bedri)
KETUPAT adalah makanan yang identik dengan perayaan hari raya Lebaran dan bulan suci Ramadhan. Sajian nasi yang dihidangkan dalam anyaman daun kelapa berbentuk diamond ini biasanya dihidangkan bersama rendang dan opor ayam.
Di Bangka Belitung, ketupat menjadi salah satu bagian dari tradisi pada minggu ketiga bulan Sya’ban, tepatnya saat menjelang Ramadhan. Tradisi perang ketupat namanya. Setiap tahun, tradisi ini turun temurun dilakukan di Desa Tempilang, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung.
Baca Juga:
Dalam perang ketupat terdapat prosesi yang dinamakan nganyot peraeu. Sebuah prosesi di mana masyarakat menghanyutkan perahu kayu mainan ke laut sebagai tanda mereka mengantar dan mengembalikan mahluk halus ke alam agar tidak mengganggu masyarakat Tempilang dan sekitar.
Tradisi perang ketupat sebenarnya berasal dari kisah yang hidup dalam masyarakat Tempilang. Dahulu banyak gadis remaja yang dimakan oleh siluman buaya dan membuat seluruh warga desa merasa ketakutan. Oleh sebab itu, masyarakat lokal mulai ritual mengusir hal buruk atau bala, yang kemudian dikenal dengan perang ketupat sampai saat ini. Melansir bangkabaratkab.go.id, perang ketupat sudah ada jauh sebelum Gunung Krakatau meletus pada 1883.
Baca Juga:
Melansir laman kemdikbud.go.id, tradisi ini memiliki makna dan simbol penting. Dalam perang ketupat, masyarakat lokal Desa Tempilang membawa nilai persatuan, kesatuan, kesadaran, dan gotong royong. Hal ini sesuai pula dengan makna sajian ketupat yang berarti rasa kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga terbentuk kesatuan dan kehidupan yang baik.
Perang ketupat biasanya dilakukan di Pantai Pasir Kuning dan diawali dengan pertunjukkan Tari Serimbang. Setelah selesai, dua orang dukun yang disebut dukun laut dan dukun darat oleh masyarakat setempat akan bersama-sama membacakan mantra.
Empat puluh ketupat kemudian akan disusun di atas tikar dan 20 orang pemuda akan mulai mengambil ketupat untuk saling dilempar satu sama lain. Perang ketupat sesi pertama akan berakhir setelah dukun meniup peluit dan akan dilanjutkan ke sesi dua dengan proses yang sama seperti sebelumnya. (mcl)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
10 Rekomendasi Tempat Wisata Purwokerto Terbaik 2025, Harga Terjangkau!
Berwisata Murah Dengan Naik KA Batara Kresna, Nikmati Alam danKuliner Dari Purwosari Sampai Wonogiri
DPRD DKI Protes Tarif Buggy Wisata Malam Ragunan Rp 250 Ribu, Minta Dikaji Ulang
Wisata Malam Ragunan, DPRD Minta Pemprov DKI Sediakan Alternatif Angkutan Murah untuk Warga
7 Alasan Hijrah Trail Harus Masuk Bucket List Petualangan di Arab Saudi
Tahok dan Bubur Samin Solo Jadi Warisan Budaya tak Benda
Polisi Sediakan WA dan QR Code untuk Laporan Cepat Gangguan Keamanan Hingga Kerusakan Fasilitas Umum
Night at the Ragunan Zoo Dibuka Hari ini, Harga Tiket Masuknya Mulai Rp 3.000
WNA Pengguna Kereta Api di Indonesia Tembus Setengah Juta, Yogyakarta jadi Tujuan Paling Favorit
Makanan Halal Magnet Utama Pilihan Liburan Muslim Indonesia